Kabar terbaru AIC dan Indonesia di University of Queensland

University of Queensland (UQ) menyambut para peneliti ahli dari Australia-Indonesia Centre (AIC) pada 6 Desember 2019 yang hadir untuk memberikan informasi terbaru terkait program PAIR yang sedang dijalankan oleh AIC saat ini, khususnya mengenai produktivitas pekerja pada sektor pertanian di Indonesia serta kabar terkini dunia politik Indonesia.

Scott Waldron, dosen senior Fakultas Ilmu Pertanian dan Pangan di UQ yang juga Senior Fellow AIC, berkesempatan untuk memperkenalkan program PAIR (Kemitraan Penelitian Indonesia-Australia) dalam presentasinya, dimana beliau menjadi salah satu dari 11 peneliti senior yang memimpin jalannya penelitian tersebut. Scott, yang berasal dari pedalaman Queensland, telah melakukan penelitian terkait pembangunan sektor pertanian di penjuru Asia Pasifik dan baru-baru ini memulai penelitian serupa melalui program PAIR di Sulawesi Selatan.

Salah satu tujuan dari pemaparan tersebut adalah untuk memberikan informasi terbaru kepada mahasiswa dan rekannya di UQ mengenai program PAIR, dan membangun keterkaitan antara program tersebut dengan prioritas UQ. Scott juga menunjuk Zannie Langford untuk bergabung dalam program PAIR sebagai AIC Associate Fellow atau Tim Peneliti Muda. Zannie merupakan kandidat PhD di Fakultas Ilmu Sosial UQ yang saat ini mendalami tentang model wirausaha pertanian keluarga di Australia.

Pemaparan selanjutnya diberikan oleh Profesor Nunung Nuryanto, Senior Fellow AIC dari Institut Pertanian Bogor (IPB), yang menjelaskan tentang produktivitas pekerja dan profitabilitas pertanian di Indonesia. Ia memberikan gambaran kepada audiens tentang Total Faktor Produktivitas (TFP) dengan mengambil sampel pada enam provinsi di Indonesia.

TFP mengukur efisiensi ekonomi dari proses produksi setelah menghitung pertumbuhan dalam standar input tenaga kerja dan hal-hal yang berkaitan dengan non-SDM. Dengan kata lain, TFP mengukur output pertumbuhan yang tidak dapat dijabarkan oleh dua model input di atas.

“Total faktor produktivitas,” sebut Nunung, “telah berkembang pesat dalam dua dekade terakhir, sebagian besar disebabkan oleh diversifikasi komoditas, [peralihan] ke komoditas yang bernilai lebih tinggi dan pertumbuhan investasi sektor swasta.”

Profesor Nunung saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen di IPB. Professor Nunung fokus pada bidang ekonomi pembangunan, keuangan mikro, dan kebijakan publik. Selain itu, Ia juga merupakan Sekretaris Dewan Penasihat Presiden Jokowi. Saat ini, Ia bersama Scott Waldron bergabung dengan PAIR yang bertujuan untuk memperluas manfaat ekonomi dari pembangunan jalur kereta baru di Sulawesi Selatan kepada seluruh masyarakat pedesaan yang tinggal di sepanjang jalur tersebut.

Kevin Evans, Direktur AIC untuk Indonesia, menutup pertemuan tersebut dengan memberikan informasi terkini tentang Indonesia di era pemerintahan Jokowi. Ia menggambarkan 25 tahun perjalanan karirnya di bidang politik dan hubungan internasional di Indonesia, dengan fokus minatnya pada isu terkait pemilu dan pemerintahan. Kevin juga menjawab pertanyaan tentang program PAIR yang diusung oleh AIC saat ini, dimana Ia merumuskan cakupan riset PAIR bersama Direktur Eksekutif AIC, Dr Eugene Sebastian.

Terima kasih untuk Scott Waldron dan Fakultas Pertanian dan Ilmu Pangan UQ yang telah menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan acara ini.

Diterjemahkan oleh Fadhilah Trya Wulandari.