Peneliti AIC dianugerahi pendanaan untuk proyek spin-off rumput laut PAIR
Peneliti Kemitraan Riset untuk Australia-Indonesia (Partnership for Australia-Indonesia Research/PAIR) mendapatkan pendanaan untuk proyek budidaya rumput laut di Nusa Tenggara Timur.
Proyek ini merupakan spin-off dari pekerjaan mereka sebelumnya dengan PAIR di Sulawesi Selatan.
Associate Fellow PAIR Dr Alexandra Langford dan Welem Turupadang dari Universitas Nusa Cendana (Undana) memimpin tim ini, yang menyertakan Senior Fellow Dr Scott Waldron. Tim ini juga menyertakan peneliti lain dari Undana dan Universitas Katolik Widya Mandira. Proyek ini akan dibangun berdasarkan temuan dari PAIR tentang peningkatan industri rumput laut dengan cara yang berkelanjutan secara sosial dan lingkungan di provinsi baru.
Pengembangan industri rumput laut merupakan prioritas nasional bagi pemerintah Indonesia, dan 90% produksi rumput laut berada di Indonesia Timur. Rumput laut memainkan peran penting di Indonesia Timur karena peran sentralnya dalam mata pencaharian rumah tangga pesisir berpenghasilan rendah. Namun, industri rumput laut tidak terkoordinasi dengan baik, dan petani rentan terhadap perubahan pasar global seperti yang terjadi selama pandemi COVID-19.
Penelitian awal PAIR berfokus di Sulawesi Selatan, sementara proyek baru ini akan mempelajari tiga lokasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (Nusa Tenggara Timur/NTT): Pulau Timor (Kupang Barat), Pulau Semau, dan Pulau Rote. Lokasi-lokasi tersebut menyumbang 76% produksi rumput laut di NTT.
Proyek interdisiplin ini akan mengeksplorasi pengalaman petani menghadapi pandemi dan memetakan perubahan produksi dan kualitas terhadap variasi musim dan lokasi, serta sebagai strategi untuk meningkatkan dan menstabilkan harga pasar menggunakan studi kasus dari tiga lokasi.
Proyek ini akan menggunakan pendekatan metode campuran, menggabungkan tes biofisik dengan data wawancara kualitatif, survei kuantitatif, dan pendekatan pemetaan satelit yang dikembangkan melalui PAIR. Para peneliti PAIR termasuk yang pertama menggunakan citra satelit untuk memantau pola pertumbuhan rumput laut.
Penelitian ini akan mendukung pengembangan industri yang berkelanjutan melalui penyelidikan ketahanan petani dan strategi adaptif selama pandemi COVID-19. Ini juga akan mengevaluasi kuantitas dan kualitas produksi rumput laut untuk mendukung petani mengakses harga yang lebih tinggi dan meningkatkan ketahanan mereka terhadap guncangan ekonomi.
Proyek ini merupakan salah satu dari 12 yang terpilih dan dari total 130 proposal yang diajukan untuk mendapatkan pendanaan dari Proyek ANU Indonesia dan Lembaga Penelitian SMERU. Tim riset PAIR akan menerima AUD8,000 selama 12 bulan dan diharapkan akan menjadi percontohan untuk pekerjaan di masa depan.
Pendanaan proyek ini penting dalam hal manfaat penelitian yang dihasilkan oleh PAIR, karena temuan dan model penelitian kami mengkatalisasi proyek spin-off untuk pengembangan. Proyek ini juga menunjukkan peningkatan Jejaring Pengetahuan PAIR dengan memfasilitasi kemitraan riset yang berkelanjutan dan membangun jaringan peneliti yang kolaboratif antara Australia dan Indonesia untuk menjawab tantangan pembangunan.
Kami berharap yang terbaik untuk proyek baru Scott dan Alexandra dan menantikan temuan mereka.