AIC latih penyusunan kebijakan publik berbasis data melalui Australia Awards Fellowship

photo for funding and kebijakan

Australia-Indonesia Centre (AIC) akan menggelar pelatihan penyusunan kebijakan publik berbasis hasil riset kepada 15 peserta dari Indonesia.

Mereka berasal dari beragam latar belakang, yakni pejabat publik, akademisi dari sejumlah universitas, serta organisasi nirlaba yang bergerak di bidang hak-hak dan pemberdayaan difabel, yakni,

  • Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI
  • Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Sulawesi Selatan (Bappelitbangda Sulsel)
  • Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Makassar
  • Dinas Perhubungan Kota Parepare
  • Dinas Perhubungan Kabupaten Maros
  • Universitas Hasanuddin
  • Universitas Gadjah Mada
  • Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (PerDIK)
  • Komunitas Ikatan Difabel Enrekang (IDE) Inklusi

Pelatihan yang terselenggara lewat dukungan Australia Awards Fellowship dari Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (Department of Foreign Affairs and Trade–DFAT) Australia ini merupakan tindak lanjut atas serangkaian penelitian AIC mengenai jalur kereta api pertama di Sulawesi Selatan. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan secara kolaboratif oleh universitas di kedua negara melalui program Partnership for Australia-Indonesia Research (PAIR), sehingga dalam pelatihan ini para peserta akan dibimbing oleh para peneliti yang terlibat agar mampu menyusun kebijakan di bidang transportasi dan rantai pasok yang efektif berdasarkan rekomendasi hasil riset.

Dari sejumlah fokus penelitian mengenai jalur kereta api Makassar-Parepare ini, beberapa di antaranya membahas tentang keterhubungan antar-moda transportasi dan berbagai fasilitas umum lainnya yang tersedia. Ini untuk memastikan sarana dan prasarana tersebut bisa digunakan secara maksimal oleh masyarakat.

“Sebagai kelanjutan program dari kemitraan riset antara Indonesia dan Australia, dalam pelatihan ini para peserta diminta untuk merancang kebijakan publik berdasarkan apa yang mereka pelajari, lalu memaparkannya di jenjang lebih tinggi untuk menunjukkan wawasan baru yang mereka peroleh,” ungkap Direktur Eksekutif AIC, Dr Eugene Sebastian.

Secara teknis, para peserta akan menjalani pelatihan awal untuk meningkatkan kompetensi dan pemahaman peraturan di bidang transportasi di Makassar, Sulawesi Selatan, dilanjutkan dengan pelatihan tatap muka selama dua minggu di Melbourne, Australia. Program akan diakhiri dengan sesi pemaparan proposal rancangan kebijakan publik di Indonesia.

Pasca pelatihan, semua peserta akan ditunjuk menjadi AIC Policy Fellows dan akan terus bekerja sama dalam program-program AIC di Sulawesi Selatan, termasuk dalam membangun jaringan para akademisi, pejabat daerah, tokoh masyarakat, dan pelaku usaha setempat.

“Penunjukkan sebagai Fellow ini merupakan contoh nyata bagaimana AIC terus berupaya mempererat hubungan dan membangun kesempatan kolaborasi bagi kedua negara,” lanjut Dr Eugene Sebastian.

Adapun jalur kereta api Makassar-Parepare merupakan yang pertama di pulau Sulawesi, yang juga melintasi kabupaten Maros, Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), serta Barru. Kehadirannya diproyeksikan sebagai titik awal jaringan kereta api yang akan menghubungkan seluruh provinsi di pulau tersebut.

Sedangkan kemitraan PAIR adalah program utama yang menandai kerja sama antara AIC dan Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kemenhub RI, serta didukung oleh DFAT, Kemenhub RI, dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

Baca juga: Penelitian PAIR Mendukung Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Digital Communication Associate, AIC