Australia-Indonesia Centre dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sepakat membentuk kelompok kerja bersama
Australia-Indonesia Centre (AIC) dan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah memajukan kemitraan lebih lanjut dengan menyepakati pembentukan kelompok kerja bersama yang berfokus pada bidang kesehatan, kesejahteraan, dan ekonomi.
Ini adalah pertemuan pertama antara Direktur Eksekutif AIC Eugene Sebastian, Plt Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, dan Konsul Jenderal Australia di Makassar Bronwyn Robbins, yang bertujuan untuk menetapkan arah kelompok kerja bersama menyusul penandatanganan Nota Kesepahaman kedua belah pihak pada tahun Desember 2020 lalu.
Plt Gubernur mengatakan bahwa kesehatan dan dampak COVID-19 masih menjadi prioritas dalam hal upaya intervensi dan pencegahan.
Plt Gubernur juga mengungkapkan bahwa Sulawesi Selatan ingin menggunakan kombinasi peraturan dan perubahan perilaku untuk mengembangkan kekebalan kelompok dalam populasi.
“Pada gelombang pertama, Sulsel selalu berada di peringkat tiga besar, bahkan peringkat kedua dalam jumlah kasus positif COVID-19 setiap hari. Sulsel telah belajar dari tahun lalu dan sedang memperbaiki kebijakan.”, ujarnya.
Direktur Eksekutif AIC Dr Eugene Sebastian menjelaskan bagaimana Kemitraan Riset Australia Indonesia (PAIR/Partnership for Australia-Indonesia Research) yang didukung pemerintah Australia dan telah melakukan beberapa proyek penelitian cepat tentang dampak COVID-19 di berbagai wilayah di Indonesia. Temuan tersebut dapat digunakan untuk membantu pembuatan kebijakan, diantaranya terkait penggunaan kesehatan digital, satu data, kesehatan dan keselamatan kerja, serta perubahan perilaku.
“Kami juga melakukan beberapa pemodelan yang akan membantu pengambil kebijakan untuk tidak harus memilih antara kesehatan atau ekonomi.”, jelasnya.
Plt Gubernur Andi Sudirman Sulaiman menggarisbawahi bahwa komoditas, pariwisata, perdagangan dan konektivitas penting untuk masa depan Provinsi Sulawesi Selatan. Pertemuan ini juga membahas riset-riset PAIR yang sudah dilakukan dalam topik-topik prioritas tersebut.
Program riset AIC PAIR telah dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Selatan sejak 2019 dengan fokus pada empat bidang yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi dan sosial. Tim peneliti AIC PAIR telah mempelajari manfaat jalur kereta api baru yang saat ini sedang dibangun, dan upaya untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan industri rumput laut.
Upaya pengembangan sistem transportasi kereta api yang terintegrasi, efektif, dan efisien juga sejalan dengan fokus Sulawesi Selatan untuk menemukan pasar domestik dan ekspor untuk komoditas beras, udang, dan kakao.
Program yang diberi nama Kemitraan Riset Australia-Indonesia (PAIR) ini juga menginvestigasi isu seputar kaum muda, kesehatan dan pembangunan, termasuk penyandang disabilitas.
Riset yang dilakukan terkait dengan keinginan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan untuk membangun sumber daya manusia unggul.
Menurut Dr Eugene Sebastian, PAIR memberikan kesempatan untuk menunjukkan bahwa penelitian berbasis bukti yang dilaksanakan oleh universitas bekerja sama dengan para pengambil kebijakan dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan.
“Langkah maju ini menegaskan kembali pentingnya model riset berbasis lokasi yang dijalankan PAIR yang telah membantu memperdalam hubungan dengan para pemimpin dan pembuat kebijakan.”
“Koneksi yang lebih dalam ini memungkinkan kami untuk membuat riset di mana bukti yang kami hasilkan memiliki potensi untuk mendapatkan daya tarik.”, ujarnya.
Konsul Jenderal Australia di Makassar dan Anggota Dewan Penasihat Riset PAIR, Bronwyn Robbins mengatakan bahwa Pemerintah Australia mendukung program AIC dan PAIR untuk mendorong penelitian bilateral berbasis bukti dan pembangunan hubungan tentang isu-isu COVID-19. Hal ini selaras dengan agenda Kemitraan Pemerintah Australia untuk Pemulihan.
“Pekerjaan PAIR di Sulawesi Selatan telah menghasilkan banyak penelitian menarik yang saya pahami berpotensi memainkan peran kunci dalam peningkatan penanganan dan pemulihan COVID-19 di Sulawesi Selatan, tidak hanya dari segi kesehatan, tetapi juga secara sosial dan ekonomi.”, sebut Bronwyn Robbins.
Sejak awal pandemi, Pemerintah Australia telah bekerja dalam kemitraan dengan Indonesia untuk mendukung pemulihan dan tanggapan COVID-19. Dukungan kesehatan yang diberikan termasuk A$12 juta untuk oksigen dan peralatan medis lainnya, juga termasuk dukungan 1000 ventilator; lebih dari 40.000 tes antigen cepat; dan 2,5 juta dosis Astra Zeneca pada tahun 2021. Paket ini dibangun di atas pinjaman Australia sebesar A$1,5 miliar untuk mendukung pemulihan COVID-19 dan ketahanan ekonomi; dan A$101,9 juta untuk mendukung peluncuran vaksin nasional Indonesia melalui inisiatif akses vaksin kawasan dan keamanan kesehatan COVID-19. Australia juga mengorientasikan ulang kemitraan pembangunan jangka panjangnya terhadap respons COVID, dan telah menyumbangkan A$130 juta untuk Komitmen Pengembangan Pasar vaksin COVAX yang mendukung kebutuhan vaksin Indonesia dan negara-negara peserta lainnya.
Australia-Indonesia Centre adalah inisiatif bersama pemerintah Indonesia dan Australia, bersama dengan universitas terkemuka kedua negara dan industri yang didirikan pada tahun 2014. Misi AIC adalah untuk memajukan hubungan antar-warga dalam sains, teknologi, pendidikan, inovasi, dan budaya. Nota Kesepahaman yang telah ditandatangani kedua pihak mengarah pada pembentukan kelompok kerja bersama untuk memandu kerjasama.
“Kelompok kerja bersama akan merencanakan, menyiapkan, dan merekomendasikan program, serta mengevaluasi kemajuan kerjasama.”, sebut Dr Nana Saleh, Koordinator Penelitian PAIR.
AIC berterima kasih atas dukungan yang diberikan oleh semua pihak untuk keberlanjutan kerjasama ini.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Plt Gubernur, Andi Sudirman Sulaiman atas dukungannya, dan Bapak Dr Andi Aslam Patonangi, Ibu Dr. Yumeina Razak, dan Bapak Hasan Basri Ambarala yang telah membantu dalam proses penandatanganan MoU. Inti dari pekerjaan ini adalah bagaimana Sulawesi Selatan dan Australia memiliki kerjasama yang kuat dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat Sulawesi Selatan.”, ujar Dr Eugene Sebastian, Direktur Eksekutif AIC.
AIC terus menantikan kemitraan produktif dan berkelanjutan dengan Provinsi Sulawesi Selatan.
Narahubung media
- Australia: Marlene Millott, Petugas Program PAIR
+61 427 516 851
pair@australiaindonesiacentre.org
- Indonesia: Fadhilah Trya Wulandari, Petugas Program PAIR
+62 821 1209 5988
pair@australiaindonesiacentre.org
Tentang PAIR
PAIR adalah program unggulan untuk model penelitian terbaru AIC, yang didukung oleh Pemerintah Australia, Pemerintah Indonesia, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan sebelas universitas mitra AIC di Australia dan Indonesia.
Berfokus pada Sulawesi Selatan, PAIR menjelajahi wilayah pantai barat provinsi, tempat jalur kereta baru sepanjang 145 kilometer dibangun, menghubungkan dua kota besar dan tiga kabupaten: Makassar, Maros, Pangkajene, Barru dan Parepare. PAIR akan mengeksplorasi empat bidang utama: rumput laut sebagai komoditas utama; transportasi, logistik dan rantai pasok; kesehatan dan kesejahteraan pemuda; serta keterampilan dan pembangunan pemuda.
Tentang Australia-Indonesia Centre
Melalui webinar: In Conversation, Australia-Indonesia Centre telah membedah dampak COVID-19 dari berbagai perspektif, termasuk kesehatan masyarakat, ekonomi, pemerintahan, perdagangan internasional dan pendidikan dalam skala global. Penelitian PAIR akan menambah upaya ini karena kami terus mencari cara untuk bekerja bersama menuju pemulihan dan pembangunan berkelanjutan.
The Australia-Indonesia Centre adalah konsorsium yang terdiri dari 11 universitas terkemuka berbasis penelitian yang terletak di kedua negara. Misinya adalah untuk mengembangkan hubungan orang-ke-orang (people-to-people) dalam sains, teknologi, pendidikan, inovasi dan budaya.