Hubungan yang lebih erat antara pendidikan dan industri disorot pada konferensi IRSA
Konferensi Internasional Asosiasi Ilmu Pengetahuan Regional Indonesia (IRSA), pada 18-19 Juli 2022 di Lombok berusaha mencari strategi pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19, salah satunya dengan mempererat hubungan antara pendidikan dengan dunia usaha-industri (DUDI).
Dr. Reni Suwarso dari Universitas Indonesia mencatat perlunya dunia pendidikan mengikuti dinamika perkembangan kebutuhan DUDI. Selain menekankan perlunya DUDI untuk membuka diri menjelaskan kebutuhan mereka akan tenaga kerja di masa depan, dan percaya bahwa dunia pendidikan sanggup menghasilkan angkatan kerja yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, kecakapan dan pengalaman yang dibutuhkan.
Riset PAIR tentang Young People and Development, menemukan bahwa “Kurikulum sekolah vokasi (SMK) di Sulawesi Selatan belum dikaitkan dengan perkembangan industri dan bisnis masa depan. Misalnya, belum ada kurikulum yang membahas budidaya pengembangan rumput laut, padahal rumput laut akan segera menjadi komoditas primadona di Sulsel. Atau belum ada juga kurikulum yang mempersiapkan tenaga kerja yang handal di bidang transportasi dan pergudangan, padahal Sulsel akan menjadi hub perdagangan untuk Indonesia bagian timur dan Kabupaten Maros akan menjadi sentra perhubungan dan pergudangan,” kata Dr. Reni Suwarso.
Lebih lanjut disampaikan bahwa “Kurikulum SMK di Sulsel sekarang ini masih fokus di industri perhotelan, makanan dan minuman, bidang yang paling terkena dampak COVID-19.”
Konferensi tahun ini di Lombok mengangkat tema disrupsi COVID-19 dan pembangunan daerah di ekonomi pulau-pulau kecil.
Acara ini memungkinkan para peneliti dari Partnership for Australia-Indonesia Research (PAIR) untuk tidak hanya mempresentasikan dan belajar tetapi juga mendiskusikan ide-ide kunci seputar pemulihan pandemi.
Konferensi dua hari, acara utama IRSA, melibatkan lebih dari 400 delegasi dari universitas, departemen pemerintah dan organisasi penelitian, serta pembicara dari Cornell University di Amerika Serikat.
Sorotan hari pertama adalah sesi khusus yang diselenggarakan oleh Australia-Indonesia Centre untuk memfasilitasi diskusi dan jejaring antara pembuat kebijakan dan peneliti.
Ada juga banyak diskusi tentang program Short Rapid Research PAIR dan nilainya bagi pembuat kebijakan selama masa krisis.
Acara ini mencakup tiga sesi panel AIC pada hari pertama, yang pertama bertajuk Connectivity, People and Place yang dibawakan oleh koordinator program PAIR Dr. Hasnawati Saleh. Sesi kedua membahas topik COVID-19, People and Health, dan dipimpin oleh Dr. Reni Suwarso dari Universitas Indonesia. Dr.Ir. Nunung Nuryartono dari IPB University memimpin sesi terakhir tentang COVID-19, People and Economic Recovery.
Setiap sesi diakhiri dengan tanya jawab dan kesempatan untuk diskusi penelitian yang menarik beberapa wawasan hidup tentang pendidikan dan pelatihan.
Sesi khusus AIC juga membahas peluang penelitian lebih lanjut setelah pandemi.
Rektor Universitas Mataram, Prof. Ir. Bambang Hari Kusumo secara resmi membuka konferensi dan mencatat kualitas penelitian yang disampaikan. IRSA juga telah menciptakan jaringan besar akademisi dan pembuat kebijakan yang peduli dengan pembangunan daerah.