Pembuat kebijakan pemerintah daerah Indonesia akan menerima pembaruan rutin tentang penelitian Australia-Indonesia Centre

Maros landscape

Pemuda dari Kabupaten Maros di Indonesia membuat langkah yang tidak asing lagi di negara berkembang; yakni jauh dari peran pertanian tradisional untuk mencari pekerjaan di kota-kota terdekat. Para orang tua juga berbagi mimpi agar anak-anak mereka memiliki pendidikan yang memungkinkan mereka mendapatkan pekerjaan yang berbeda dengan buruh pedesaan.

 

Di Maros, Sulawesi Selatan, lebih banyak pekerjaan muncul di bidang manufaktur dan jasa, meskipun pertanian tetap menjadi peluang kerja yang signifikan.

Daerah yang dulunya pedesaan sekarang menjadi lebih urban – ini adalah campuran yang menghadirkan peluang dan tantangan bagi pembuat kebijakan di mana kaum muda (15 – 24 tahun) terdiri dari 20 persen populasi dan 16 persen angkatan kerja.

Kantor Gubernur, yang membawahi kabupaten termasuk Maros, ingin menemukan cara untuk menjembatani kesenjangan antara aspirasi kaum muda dan jenis keterampilan dan pelatihan yang mereka butuhkan untuk berhasil pindah ke industri lain. Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, telah mengadakan forum kebijakan rutin untuk membahas isu-isu pembangunan semacam ini.

Pada forum pertama di bulan April, Australia-Indonesia Centre dan Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) bertemu untuk membahas temuan awal tentang kaum muda.

Dikenal sebagai PAIR (Partnership for Australia-Indonesia Research), tim ini mengumpulkan bukti untuk lebih memahami aspirasi dan kebutuhan mereka yang pindah dari rumah ke pekerjaan dan kehidupan baru.

Menurut ketua tim akselerasi, Andi Aslam Patonangi, “forum kebijakan penting untuk memahami kebutuhan pemuda. Kebijakan kita harus bekerja secara paralel dengan demografi untuk menciptakan hubungan antara pendidikan dan kesempatan. Kita perlu membuat kebijakan yang bermanfaat bagi kaum muda.”

Bekerja di bawah (PAIR) mereka mengumpulkan bukti tentang kebijakan, keterampilan, program dan pilihan pendidikan yang tersedia bagi kaum muda dan melihat bagaimana perbandingannya dengan aspirasi mereka untuk hidup dan bekerja.

Bupati Maros, Andi Syafril Chaidir Syam, menanggapi pemaparan mereka tentang bagaimana karya tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.

“Kami memiliki bonus demografi, 51 persen pemuda di populasi kami, yang perlu kami kelola. Selain itu, kami ingin memastikan bahwa kami mempersiapkan kebutuhan kaum muda kita dengan keterampilan dan pengetahuan untuk pekerjaan, terutama untuk mata pencaharian mereka, karena COVID-19 berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan pengangguran merupakan tantangan.”

 

virtual policy forum
Bupati Maros, Andi Syafril Chairdir Syam dan Dr Hasnawati Saleh, AIC / Koordinator PAIR.

 

Maros adalah sebuah kabupaten di sebelah kota Makassar, ibukota Sulawesi Selatan, dan berada di jalur kereta api baru yang seharusnya membuka lebih banyak peluang bagi kaum muda.

“Saat kereta beroperasi, kami yakin Maros akan semakin menarik untuk investasi. Ini dapat memberikan kesempatan bagi kaum muda,” kata Dr Patonangi.

Kaum muda perlu memiliki pendidikan dan keterampilan untuk memanfaatkan peluang yang muncul dari pertumbuhan di pelabuhan, jalur kereta api, dan logistik.

Bupati Andi Syafril Chaidir Syam mengatakan dalam forum tersebut, pihaknya mengapresiasi penelitian tersebut dan berharap pemerintah dapat memanfaatkannya di masa mendatang.

“Saat ini Maros fokus mendukung pabrik-pabrik yang membuka lapangan kerja dan menumbuhkan industri. Kita juga perlu mengisi peluang untuk sektor-sektor lain,” katanya.

Ia juga berbicara tentang program YESS yang bertujuan membuat sektor pertanian menarik dan bermanfaat bagi kaum muda, karena kabupaten ingin mendorong generasi milenial untuk mengambil alih dari petani yang lebih tua.

“Kita ada 5000 orang yang memperebutkan 400 posisi sebagai PNS. Tidak semua bisa jadi PNS. Kita bekerja sama dengan industri untuk memberikan pelatihan. Insya Allah kita akan ada tindakan nyata dari penelitian untuk mendukung aspirasi pemuda”, ujar Bupati Maros.

Tim peneliti PAIR terdiri dari Associate Professor Wolfram Dressler dari University of Melbourne, Dr Reni Suwarso dari Universitas Indonesia dan Dr Wilmar Salim dari Institut Teknologi Bandung.

Forum yang juga melibatkan Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Bappelitbangda) Sulawesi Selatan ini akan diadakan setiap bulan untuk berbagi kemajuan penelitian PAIR dan mempertemukan jaringan peneliti AIC di 11 universitas di kedua negara, dan pemangku kepentingan dalam fokus PAIR daerah antara ibukota Makassar dan Parepare.

Picture of Evelynd

Produser Konten Digital
The Australia-Indonesia Centre

Picture of Helen Brown

Kepala Komunikasi dan Penjangkauan
The Australia-Indonesia Centre