Intervensi perubahan perilaku untuk COVID-19

Di Indonesia dan di seluruh dunia, pemerintah telah melakukan sosialisasi kesehatan yang bertujuan mengubah perilaku masyarakat untuk mencegah penyebaran COVID-19. Pesan tentang pembatasan jarak sosial, sosialisasi menjaga kebersihan dan cuci tangan juga telah dipromosikan oleh pemerintah di Indonesia, tetapi seberapa berhasilkah pesan tersebut diterapkan di masyarakat?

 

Proyek Penelitian Cepat Australia-Indonesia Centre (AIC) yang baru bertujuan untuk memahami sejauh mana masyarakat telah mengikuti peraturan ‘new normal’, dan apa sebab dan alasan mereka mampu atau tidak mampu mengubah perilaku mereka.

Sejak penyebaran pandemi COVID-19, banyak dari kita yang terbiasa mendengar pesan dari otoritas kesehatan tentang cuci tangan, menjaga kebersihan, dan menerapkan jarak sosial.

Tim peneliti telah mengerjakan proyek yang mengukur seberapa efektif pesan-pesan ini dalam mengubah perilaku orang di Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat. Berdasarkan kerangka kerja yang ada tersebut, para peneliti ini akan memperluas pekerjaan mereka ke dua wilayah di Indonesia: Jakarta dan Sulawesi Selatan.

Tim akan menggunakan kuesioner untuk melakukan survei kepada peserta, kemudian menganalisis tanggapan untuk mengembangkan saran bagi otoritas kesehatan.

Proyek ini bertujuan untuk memahami faktor-faktor yang terkait dengan kepatuhan dan kurangnya kepatuhan terhadap peraturan di Jakarta dan Sulawesi Selatan.

“Kami berusaha memahami sejauh mana orang yang tinggal di dua pusat populasi utama ini mematuhi peraturan pemerintah mengenai jarak sosial dan menjaga kebersihan tangan,” kata salah satu pimpinan proyek penelitian ini, Dr Ansariadi.

Beberapa faktor dapat mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk memahami pesan kesehatan masyarakat, termasuk latar belakang sosial, demografi dan pendidikan; pengalaman mereka sebelumnya dengan penyakit; persepsi mereka seputar biaya dan keberhasilan pola perilaku yang dianjurkan; dan kepercayaan mereka pada otoritas.

Studi ini akan memeriksa faktor-faktor tersebut untuk membantu menentukan bagaimana kepatuhan dan persepsi risiko berubah ketika pemerintah menyajikan dan menerbitkan informasi tentang pandemi.

“Penelitian ini dirancang untuk berfokus pada faktor-faktor yang meningkatkan atau menurunkan efektivitas strategi komunikasi pemerintah untuk mencapai perubahan perilaku di masyarakat umum,” kata salah satu pimpinan lainnya dari proyek ini, Dr Simon Reid.

Hasil studi ini akan berguna dalam mengukur literasi kesehatan dari masyarakat. Tim peneliti akan memberikan temuan mereka bersama dengan keluaran yang dapat ditindaklanjuti kepada pemangku kepentingan pemerintah untuk membantu mereka dalam upaya menekan penyebaran virus atau penyakit.

 

Tim peneliti

 

Narahubung media Australia

Marlene Millott
Staf Program PAIR
+61 427 516 851
pair@australiaindonesiacentre.org

Narahubung media Indonesia

Fadhilah Trya Wulandari
Staf Program PAIR
+62 8124 3637 755
pair@australiaindonesiacentre.org

 

Tentang Australia-Indonesia Centre

AIC didirikan oleh Pemerintah Australia dan Indonesia pada tahun 2013. AIC menyatukan 11 universitas – tujuh universitas di Indonesia dan empat di Australia – untuk memajukan hubungan antar-warga dalam sains, teknologi, pendidikan, inovasi, dan budaya. AIC merancang dan memfasilitasi program penelitian bilateral, membawa hasil penelitian ke dalam kebijakan dan praktik. Hal ini membentuk tim interdisipliner yang bekerja secara kolaboratif dengan pemangku kepentingan – kebijakan, bisnis, dan komunitas – untuk menemukan solusi terhadap tantangan regional, nasional dan global.

Selain penelitian, aktivitas penjangkauan AIC berkontribusi pada upaya menghubungkan orang-ke-orang yang lebih luas. Hal ini dilakukan melalui dialog digital yang berusaha untuk memberikan berbagai wawasan baru. Hal tersebut juga mendukung pendalaman pertukaran budaya melalui festival film pendek Indonesia Australia, mengeksplorasi sikap dan persepsi nasional masing-masing terhadap satu sama lain, dan menyatukan pemimpin masa depan kedua negara dalam berbagai program, lokakarya, dan dialog.

Proyek Small Rapid Research (SRR) adalah bagian dari program Kemitraan untuk Penelitian Australia dan Indonesia (Partnership for Australia-Indonesia Research/PAIR), yang didanai oleh Pemerintah Australia.

Photo by Fikri Rashid on Unsplash