Joint Webinar AIC – Sulawesi Selatan: Membina kerjasama bilateral untuk keterampilan dan pelatihan kaum muda di Sulawesi Selatan

Generasi muda Sulawesi Selatan jumlahnya sangat besar dan beragam. Seperempat dari populasi yang berjumlah hingga delapan juta di provinsi ini dipenuhi oleh kaum muda berusia 16 sampai 30 tahun. Ini merupakan jendela dan peluang bagi pembangunan daerah dan nasional dengan bonus demografi yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2025-2045.

 

Dalam rangka HUT Sulsel yang ke-352 (19 Oktober) dan Hari Sumpah Pemuda Indonesia (28 Oktober), AIC dan Pemerintah Sulsel bekerjasama untuk menyelenggarakan webinar yang berfokus pada topik penting ini.

“Kaum muda adalah fokus utama riset AIC. Kami mengeksplorasi topik-topik seperti infrastruktur, agribisnis, kesehatan, ekonomi digital serta keterampilan dan pelatihan,” kata Direktur Eksekutif AIC, Dr Eugene Sebastian  dalam sambutan pembukaannya. “Acara ini mencerminkan kemitraan yang mendalam antara AIC dan Provinsi Sulawesi Selatan.”

Australia-Indonesia Centre dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah menandatangani Nota Kesepahaman pada tahun 2020 untuk memajukan hubungan kerjasama di bidang sains, teknologi, pendidikan dan pelatihan. Kesepakatan tersebut menjabarkan kerjasama di bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, pariwisata, lingkungan, pertanian, peternakan dan kesehatan hewan, serta sektor pertambangan.

Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur telah menciptakan peluang bagi kaum muda di kawasan ini. Untuk memaksimalkan potensi mereka dan meningkatkan perubahan sosial, ekonomi dan lingkungan yang telah terjadi di Sulsel, kaum muda membutuhkan akses yang lebih besar ke pelatihan dan pengembangan keterampilan.

“Ada peluang untuk kolaborasi bilateral yang lebih kuat dalam pendidikan, keterampilan dan pelatihan dengan Australia,” kata Dr Hasnawati Saleh, Koordinator Penelitian PAIR.

“Hal ini ditekankan dalam Cetak Biru untuk Investasi yang menyerukan sektor pendidikan Australia untuk juga mempertimbangkan peluang kerjasama subnasional baik di tingkat provinsi maupun daerah, bukan hanya di Jakarta atau Jawa.”

KEBUTUHAN KEMITRAAN MULTI-SEKTORAL

Diskusi panel menghadirkan dialog antara pembuat kebijakan di Sulawesi Selatan dan Australia untuk mendorong kemitraan multi-sektor di sektor VET.

Sulawesi Selatan memiliki permintaan yang tinggi akan layanan pendidikan dan pelatihan vokasi yang akan memenuhi kebutuhan industri dan prioritas provinsi. Namun, membuat program pelatihan semacam ini membutuhkan lebih banyak kerjasama dan kolaborasi multi-sektor.

Sebagai contoh, sektor VET di Australia memiliki sejumlah pemangku kepentingan baik di tingkat negara bagian maupun federal, termasuk regulator dan penyedia layanan dari sektor industri, swasta, dan organisasi masyarakat.

Komisioner negara bagian Australia membagikan contoh pekerjaan dalam program VET multi-sektor di mana para siswa dapat langsung bekerja atau belajar di kampus lainnya setelah menyelesaikan program magang enam bulan.

“Program pelatihan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasar dan merupakan jalur pembelajaran yang dapat diterima,” kata Belinda Rimbo dari pemerintah Victoria.

Dalam diskusi ini, keterlibatan dan kolaborasi antara badan-badan VET di Australia dan Sulawesi Selatan sangat didorong untuk meningkatkan sistem pendidikan kejuruan Sulsel, membekali para siswa dengan keahlian yang tepat, dan memenuhi kebutuhan industri.

“Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bersama Kementerian Tenaga Kerja telah melakukan berbagai program pelatihan vokasi yang dikembangkan di balai-balai pelatihan keterampilan masyarakat, tetapi tidak akan pernah cukup jika kita tidak bekerja sama untuk meningkatkannya,” kata Andi Sudirman Sulaiman, Plt Gubernur Sulsel dalam sambutannya.

Hal ini juga dibenarkan oleh Trade Commissioner Queensland, Ben Giles.

“Mungkin kemitraan yang paling sukses sebelumnya adalah dengan negara bagian melalui sister province dengan pemerintah pusat,” kata Giles. “Ada beberapa program pertukaran guru dan juga beberapa program keterampilan dan pelatihan sejak tahun 1991.

“Dan yang pasti yang saya temukan dan mungkin sudah saya buktikan, adalah ketika sektor industri atau swasta dari Australia dan dari pemerintah Indonesia saling bekerjasama, di situlah terdapat kesuksesan yang nyata.”

TANTANGAN SEJAK PANDEMI COVID-19

Para panelis juga membahas dampak pandemi terhadap pendidikan dan pelatihan selama dua tahun terakhir. Pendidikan dan keterampilan yang berkualitas berdasarkan kebutuhan pasar atau industri dinilai menjadi salah satu modal utama untuk melakukan perubahan terutama bagi kelompok marginal yang kondisi pribadinya diperparah oleh pandemi.

“Pandemi COVID 19 berdampak signifikan terhadap kesempatan kerja kaum muda. Adalah tugas kita untuk membekali mereka dengan keterampilan yang dapat digunakan selama masa krisis,” kata Andi Darmawan Bintang, Kepala BAPPELITBANGDA Sulsel.

Pandemi juga menjadi kendala dalam kerja sama kedua negara dengan terhentinya beberapa program pertukaran pelajar.

“Secara tradisional, hubungan pendidikan antara Australia dan Indonesia mengandalkan program pertukaran pelajar dimana mereka dapat mengambil kursus singkat kejuruan atau di perguruan tinggi,” kata Clarice Campbell dari Katalis.

“Jadi yang sebenarnya cukup kami khawatirkan adalah bagaimana agar program pendidikan ini tetap dapat dilaksanakan di Indonesia, daripada mengandalkan keharusan kedatangan pelajar Indonesia ke Australia di masa pandemi.”

Sejumlah faktor diidentifikasi untuk dipertimbangkan oleh pihak Australia dan Indonesia untuk membantu menciptakan hubungan yang langgeng dengan penyedia pelatihan dan keterampilan Australia.

“Ini bagian dari peran pemerintah Australia, dan juga pemerintah Indonesia, tentu saja, untuk mencoba memfasilitasi lingkungan di mana kerjasama dan kemitraan semacam ini layak dilakukan,” kata Elizabeth Campbell-Dorning dari DFAT Australia.

Diskusi panel berusaha menjawab pertanyaan tentang kerja sama kedua negara di masa depan. Membuka potensi pembangunan manusia Sulawesi Selatan akan membutuhkan bentuk kemitraan pendidikan internasional yang baru, kreatif, dan komprehensif. Ini perlu membantu memberikan keterampilan, pendidikan, dan pelatihan berkualitas tinggi, tetapi juga berkolaborasi dengan pemerintah provinsi secara terkoordinasi.

Acara ini dihadiri oleh jajaran Pemprov dan Pemkab di Sulsel, Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP), perwakilan dari perguruan tinggi dan penyedia VET, dunia usaha, industri, dan LSM. Menyatukan para pemain yang beragam ini akan membantu membangun layanan pendidikan dan pelatihan yang konsisten dan berkualitas tinggi, yang peka terhadap kebutuhan unik penduduk provinsi.

Bronwyn Robbins, Konsul Jenderal Australia di Makassar, menyampaikan sambutan penutup.

“Terlibat dengan Sulawesi Selatan merupakan kesempatan untuk bekerja sama, untuk memahami kebutuhan VET individu dan lintas budaya, dan Australia Indonesia Centre memahami kebutuhan ini dengan baik,” kata Robbins.

Direktur eksekutif AIC Eugene Sebastian mengatakan diskusi ini hanyalah awal dari berbagai pekerjaan penting dari AIC.

“Tahun depan AIC akan meluncurkan serangkaian laporan pemetaan kebutuhan keterampilan kaum muda di Sulawesi Selatan,” kata Dr Sebastian.

“Kami menantikan hasil penelitian PAIR tentang topik ini,” lanjutnya.

Picture of Fadhilah Trya Wulandari

Petugas Program PAIR
The Australia-Indonesia Centre