Langkah pertama berani dari kepemimpinan riset PAIR
Tak terhitung jumlahnya film yang telah menggambarkan pertemuan tim terbaik untuk merencanakan bagaimana mengatasi tantangan yang sangat besar dan kompleks. Seven Samurai. Lord of the Rings. Oceans 8. Sebutkan favorit Anda.
Ini adalah perasaan di dalam ruangan pada saat pertemuan pertama 11 peneliti pekan lalu yang dipertemukan untuk mengatasi tantangan yang tidak seorangpun dari mereka, atau satu pun ahli, mampu melakukannya sendiri.
Kesebelas Senior Fellows yang baru ditunjuk Australia-Indonesia Centre berkumpul di Melbourne untuk memperkenalkan mereka ke dalam Kemitraan untuk Penelitian Australia Indonesia (PAIR), sebuah program yang akan mereka pimpin sampai akhir tahun 2022.
Masing-masing dari universitas dan bidang yang berbeda, tim telah dipilih untuk menyelesaikan tantangan pembangunan di Sulawesi Selatan – proyek ini dimulai tepat saat tahap awal jalur kereta pertama yang bersejarah di provinsi tersebut sedang diselesaikan. Tim juga akan memperluas dan memperkuat hubungan antar-individu antara Australia dan Indonesia, baik secara pribadi maupun melalui kepemimpinan mereka, dan, dengan melakukan PAIR, mengembangkan bukti konsep untuk model penelitian baru AIC yang akan diikuti oleh PAIR.
Pada masa orientasi, tim terikat, belajar tentang kekuatan dan pengalaman satu sama lain, menetapkan tujuan bersama dan memikirkan cara bagaimana mereka akan bekerja sama selama tiga tahun kedepan.
Tim
“Sangat penting,” ungkap Professor Siti Malkhamah dari Universitas Gadjah Mada, “dan sesuatu yang jarang dilakukan di Indonesia: kami mempelajari cara membangun tim dan saling memahami dengan lebih baik, [yang saya temukan] sangat mengesankan.”
Difasilitasi oleh Koordinator Kapabilitas Tim PAIR , Dr Martijn van der Kamp, diskusi mencakup minat penelitian individu dan penilaian risiko program, hingga aplikasi pengiriman pesan yang disukai dan seperti apa budaya tim tersebut.
“Kami berani beraspirasi!” kata Dr van der Kamp, menggemakan mantra tim untuk workshop tiga hari. “Sangat menyenangkan bekerja dengan kelompok yang menginspirasi dan Saya berharap dapat memfasilitasi tim dalam perjalanan mereka!”
Riset
Tujuan besar PAIR adalah untuk meningkatkan kehidupan masyarakat lokal di tengah perubahan, yang disebabkan oleh jalur kereta Makassar – Parepare yang baru.
Dr Sudirman Nasir, Senior Fellow yang mewakili Universitas Hasanuddin, membandingkan pentingnya infrastruktur ini dengan kereta pertama yang melintasi Amerika Serikat pada tahun 1869. Dia menyoroti bahwa seiring dengan kemajuan, ini membawa banyak dampak negatif bagi penduduk setempat, termasuk percepatan perampasan tanah bagi masyarakat setempat.
Penelitian PAIR berbasis tempat, berdasarkan kebutuhan, dan multidisiplin. Berlokasi di Sulawesi Selatan, dan meskipun beberapa arahan dan tujuan sudah ditetapkan, kebutuhan khusus untuk ditangani dan proses untuk mensinergikan empat bidang fokus penelitian masih harus ditetapkan. Salah satu petunjuk disini datang dari presentasi Professor Tony Wong, Kepala Eksekutif Kota Ramah Air.
Professor Wong menceritakan kisah inisiatif multidisiplin senilai $120 juta ini. Dia berbagi wawasan tentang bekerja dengan lebih dari puluhan disiplin ilmu, dengan lebih dari 80 mitra di seluruh dunia, mengkoordinasikan dialog multidisiplin yang luas, membangun realita bisnis untuk mengubah keluaran menjadi hasil dan tantangan lainnya. Kiat utamanya untuk kolaborasi PAIR yang baru terbentuk adalah tentang pentingnya nilai-nilai bersama antara semua kolaborator dan pemangku kepentingan, dan perlunya bagi semua peneliti untuk menaruh minat tulus pada bidang masing-masing, atau menjadi ‘T-shaped researchers’ – mendalami satu disiplin ilmu tapi juga memiliki pemahaman di berbagai bidang.
Berikutnya
‘Fellowship of the 11,’ sebagaimana kelompok ini digambarkan seorang Senior Fellow, dibentuk dan siap untuk maju. “Mereka sebelumnya sebuah kelompok dan sekarang adalah tim,” ungkap Dr Martijn van der Kamp.
(Syukurlah, program yang berjalan lancar dan menyenangkan ini memberitahu kita bahwa perjalanan berharga ini akan menghindari konflik dan pengkhianatan yang kita ketahui [dan cintai] dari perjalanan tim dalam film.)
Perjalanan ini akan membentuk kelanjutan dari masing-masing sejarah penelitian terkemuka mereka serta puncak dari empat tahun pertama pembelajaran AIC untuk mengkoordinasikan penelitian bilateral kolaboratif.
Para Senior Fellows selanjutnya akan berkumpul di Makassar pada bulan Oktober saat mereka akan melakukan perjalanan sepanjang jalur kereta Makassar-Parepare, membuka dialog dengan masyarakat, dan mulai merumuskan pertanyaan penelitian.
Kami mendoakan yang terbaik dan berharap untuk menyaksikan dan berbagi bagaimana mereka menghadapi tantangan ini.
Baca lebih lanjut tentang program PAIR.
Diterjemahkan oleh Fadhilah Trya Wulandari.