Mampukah inovasi digital menjaga perekonomian?
Sebuah proyek baru akan memetakan peran inovasi digital dalam mengurangi dampak ekonomi akibat COVID-19 di Indonesia.
Ranah inovasi digital Indonesia berkembang pesat, menjadikannya sebagai salah satu sumber potensi inovasi industri yang paling menjanjikan. Program Penelitian Cepat terbaru dari Australia-Indonesia Centre (AIC) mengeksplorasi sebuah pertanyaan, ‘Bagaimana cara inovasi digital dapat mengurangi dampak ekonomi COVID-19?’
Para peneliti akan melakukan survey terhadap 250 perusahaan besar yang terdaftar tentang strategi inovasi digital mereka saat ini, dan memetakan pendorong internal dan eksternal dan bagaimana COVID-19 telah mempengaruhi investasi dan implementasi strategi tersebut.
“Apakah inovasi digital telah menjadi strategi yang lebih sentral? Atau apakah perusahaan telah mengesampingkan aktivitas yang cukup menguras biaya ini dan berpotensi non-inti karena tekanan ekonomi saat ini?”, sebut salah satu ketua tim peneliti, Dr Sebastiaan Van Doorn, dari University of Western Australia.
Penelitian ini akan mencakup perspektif dari internal perusahaan seperti kepemimpinan staf senior, komunikasi internal dan keterampilan digital karyawan, serta berbagai faktor eksternal seperti program dukungan pemerintah, organisasi cabang, dan penggunaan konsultan digital.
Untuk memahami dampak inovasi digital terhadap tekanan ekonomi di tengah COVID-19, penelitian ini juga akan menyelidiki apakah perusahaan yang tetap mempertahankan investasi dalam inovasi digital selama pandemi telah berkinerja lebih baik daripada rekan mereka yang telah menunda atau menurunkan upaya inovasi digital mereka.
“Kami akan fokus pada pergeseran pendapatan, laba dan jumlah karyawan, mengingat dampak praktik pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang terjadi pada indikator-indikator ini,” ujar ketua tim peneliti lainnya, Prof Irwan Ekaputra.
Tim yang mengerjakan proyek ini terdiri dari peneliti Australia dan Indonesia di bidang inovasi digital, keuangan, ekonomi dan teknologi. Mereka memiliki pengalaman bekerja di sektor publik dan swasta, serta akademisi.
Tim Peneliti
Ketua: Dr Sebastiaan van Doorn (University of Western Australia), Prof. Irwan Ekaputra (Universitas Indonesia)
Anggota: Dr Arnold Japutra (University of Western Australia), Ami Utami (Universitas Indonesia)
Narahubung media Australia
Marlene Millott
Staf Program PAIR
+61 427 516 851
pair@australiaindonesiacentre.org
Narahubung media Indonesia
Fadhilah Trya Wulandari
Staf Program PAIR
+62 8124 3637 755
pair@australiaindonesiacentre.org
Tentang Australia-Indonesia Centre
AIC didirikan oleh Pemerintah Australia dan Indonesia pada tahun 2013. AIC menyatukan 11 universitas – tujuh universitas di Indonesia dan empat di Australia – untuk memajukan hubungan antar-warga dalam sains, teknologi, pendidikan, inovasi, dan budaya. AIC merancang dan memfasilitasi program penelitian bilateral, membawa hasil penelitian ke dalam kebijakan dan praktik. Hal ini membentuk tim interdisipliner yang bekerja secara kolaboratif dengan pemangku kepentingan – kebijakan, bisnis, dan komunitas – untuk menemukan solusi terhadap tantangan regional, nasional dan global.
Selain penelitian, aktivitas penjangkauan AIC berkontribusi pada upaya menghubungkan orang-ke-orang yang lebih luas. Hal ini dilakukan melalui dialog digital yang berusaha untuk memberikan berbagai wawasan baru. Hal tersebut juga mendukung pendalaman pertukaran budaya melalui festival film pendek Indonesia Australia, mengeksplorasi sikap dan persepsi nasional masing-masing terhadap satu sama lain, dan menyatukan pemimpin masa depan kedua negara dalam berbagai program, lokakarya, dan dialog.
Proyek Small Rapid Research (SRR) adalah bagian dari program Kemitraan untuk Penelitian Australia dan Indonesia (Partnership for Australia-Indonesia Research/PAIR), yang didanai oleh Pemerintah Australia.