Menjawab kebutuhan daerah: PAIR Visioning 1 di Makassar

Associate Fellows AIC mendarat di Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya pada bulan Februari tahun 2020. Mereka mengunjungi tiga stakeholders utama – Pelabuhan Baru Makassar, petugas operasional kereta api dan petani rumput laut – dan mempelajari kebutuhan dan aspirasi mereka.

 

Kemudian Associate Fellows bergabung dengan Senior Fellows untuk menggelar dialog satu hari dengan pemerintah nasional dan provinsi melalui Dialog Kebijakan PAIR.

Di dialog tersebut, tiga lembaga menyajikan prioritas kebijakan Presiden Jokowi: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi.

Video ini membawa Anda pada perjalanan kunjungan lapangan dan Dialog Kebijakan PAIR, termasuk penjelasan dari enam Senior Fellow terkait mengapa kegiatan tersebut penting sebagai bagian dari proses penelitian PAIR.

Transkrip lengkap video sebagai berikut.

 

Transkripsi: Menjawab kebutuhan daerah: PAIR Visioning 1 di Makassar

Associate Fellows AIC mendarat di Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya pada bulan Februari.

Mereka mengunjungi tiga stakeholders utama – Pelabuhan Baru Makassar, petugas operasional kereta api dan petani rumput laut – dan mempelajari kebutuhan dan aspirasi mereka.

Prof. Andreas Ernst (Monash University): Kunjungan lapangan sangat penting. Sebagai seorang akademisi yang menghabiskan waktu di dalam ruangan, Anda tidak bisa hanya belajar dengan membaca selembar kertas dan melihat peta. Tapi melihat langsung wilayah yang dilalui kereta api, dan apa saja hambatannya … Pengalaman ini akan memberi Anda sensasi tersendiri, dan merasakan bagaimana kondisi masyarakat di sana yang akan menggunakan kereta api ini. Jadi penting untuk benar-benar bisa melihat langsung kondisi dilapangan.

Dr Christrijogo Sumartono (Universitas Airlangga): Dari kami, untuk mempelajari data-data yang disodorkan oleh pemerintah, kami juga ingin mengetahui apa betul data itu memang realitas yang terjadi di lapangan, dan apakah data itu sesuai dengan kebutuhan, ekspektasi, dan masyarakat itu sendiri, serta bagaimana dampaknya nantinya.

Prof. Anu Rammohan (University of Western Australia): Kunjungan lapangan memberi kami, para peneliti, wawasan yang luas tentang apa yang terjadi di masyarakat. Hal ini memungkinkan kami untuk berbicara dengan masyarakat, berbicara dengan penduduk desa, dengan masyarakat petani, dengan kaum muda dan perempuan yang sebenarnya adalah kelompok yang akan memperoleh dampak dari penelitian kami.

Kemudian Associate Fellows bergabung dengan Senior Fellows untuk menggelar dialog satu hari dengan pemerintah nasional dan provinsi melalui Dialog Kebijakan PAIR.

Tiga lembaga menyajikan prioritas kebijakan Presiden Jokowi: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi.

Prof. Nunung Nuryartono (IPB University): Saya kira dialog stakeholder ini penting, karena untuk membangun satu persepsi yang sama. Dalam konteks dialog ini kita juga bisa melihat bagaimana pemerintah daerah, pemerintah pusat, masing-masing membagikan berbagai catatan-catatan penting, yang tentu kami sebagai researcher, sebelum melakukan dialog ini, ada knowledge terlebih dahulu yang kita miliki, sehingga knowledge tadi terkonfirmasi, dengan adanya dialog yang kita lakukan.

Dr Reni Suwarso (Universitas Indonesia): Kita belajar bahwa kita adalah equal, bahwa kita miliki akses yang sama, sehingga kita bisa maju dan bekerja bersama-sama.

Dr Scott Waldron (University of Queensland): Saya sangat tertarik dengan struktur PAIR. Ini adalah gabungan struktur penelitian yang inovatif, dan saya khususnya tertarik pada penelitian multidisiplin yang menyatukan berbagai disiplin ilmu dengan fokus pada bidang tertentu. Banyak terobosan dalam pembangunan regional yang telah dilakukan oleh tim penelitian multidisiplin dan saya senang bisa berpartisipasi dalam program ini.

Diterjemahkan oleh Fadhilah Trya Wulandari.

Baca juga:

Dr Simon Bowly membahas ‘Mengapa konektivitas penting?’ dari Dialog Kebijakan PAIR

Anis Wulandari dan Dr Muhammad Farid Lusno (dua Associate Fellow) ceritakan tentang kunjungan lapangan