Laporan Tahunan PAIR 2019-2020
Kemitraan Riset Australia-Indonesia (PAIR) adalah inisiatif yang mempertemukan para peneliti, pembuat kebijakan, sektor bisnis dan industri, serta kelompok masyarakat untuk menemukan solusi atas berbagai masalah – dengan cara yang tepat dan terintegrasi.
PAIR dipimpin oleh Australia-Indonesia Centre (AIC) dan didukung oleh Pemerintah Australia dan Indonesia, serta 11 universitas. PAIR membangun jejaring dan kemitraan yang dalam dan membentuk fondasi untuk keberhasilan hubungan bilateral antara Australia dan Indonesia.
Di tingkat pemerintah, PAIR diakui sebagai titik prioritas strategis dalam Rencana Aksi Kemitraan Komprehensif Strategis Indonesia-Australia.
Hal ini mencerminkan pemahaman kedua negara bahwa: PAIR memainkan peran penting baik dalam hal penelitian substantif, maupun dalam mendorong kerjasama inovatif antara kedua komunitas penelitian.
PAIR menantang mereka yang memandang universitas sebagai birokrasi yang lamban dan tidak efektif. Dan itu menolak anggapan kuno bahwa pusat penelitian bilateral adalah tentang satu negara yang berusaha menyelidik negara lain.
Sebaliknya, PAIR melibatkan pemangku kepentingan Indonesia dan Australia sejak awal dalam mendefinisikan masalah dan menciptakan solusi bersama.
Hal ini merupakan pendekatan baru yang menawarkan solusi dan peluang terbaik untuk memberikan dampak.
Melalui tema penelitian ‘Konektivitas, Masyarakat dan Wilayah’ (Connectivity, People and Place), PAIR menciptakan basis bukti untuk pembuatan kebijakan di Sulawesi Selatan.
Mengapa Sulawesi Selatan? Sulawesi Selatan adalah wilayah prioritas Pemerintah Indonesia. Kawasan ekonomi industri baru bermunculan di wilayah yang terkenal sebagai pintu gerbang Indonesia Timur ini, dan jejaring rel kereta api Trans-Sulawesi yang ambisius juga sedang dibangun.
Dengan berfokus pada Sulawesi Selatan, kami menyalurkan sumber daya kami untuk membangun hubungan kerjasama yang erat demi hasil yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Kami bertindak sebagai katalisator di Provinsi ini. Program kami mempertemukan para pemangku kebijakan dari pemerintah Indonesia, baik di tingkat daerah, provinsi, maupun nasional, dimana beberapa diantaranya berkolaborasi untuk pertama kalinya melalui program ini.
Kami menciptakan basis untuk ekosistem pengetahuan, yang secara langsung akan memberikan masukan untuk pembangunan di wilayah tersebut. Penelitian kami mencakup empat kelompok penelitian yang saling terkait, masing-masing sangat relevan untuk Sulawesi Selatan:
- Komoditas
- Transportasi, Logistik dan Rantai Pasok
- Kaum Muda dan Pembangunan
- Kaum Muda, Kesehatan dan Kesejahteraan.
Masalah kompleks membutuhkan solusi interdisiplin. Kami mempertemukan para peneliti dari Indonesia dan Australia dengan beragam tahapan karir dan memiliki keahlian di berbagai bidang.
Pengetahuan baru yang kami hasilkan menargetkan berbagai kalangan, mulai dari pemerintah, sektor industri dan bisnis, serta masyarakat yang lebih luas. Penelitian ini kemudian menghasilkan beberapa keluaran, seperti scoping studies, pedoman teknis, studi kasus, explainer, artikel berita, dan jurnal.
PAIR didasarkan pada Theory of Change (TOC) kami, yang didasarkan pada dua hal: memetakan urutan logis dari masukan (input) hingga hasil (outcome), dan menyajikan kondisi kontekstual yang memengaruhi program, termasuk motivasi dan kepentingan pemangku kepentingan.
Desain penelitian dan TOC dibuat untuk memudahkan monitoring, evaluasi dan pembelajaran. TOC ini juga menentukan jalur yang digunakan untuk menghasilkan dampak, dan memastikan bahwa semua aktivitas kami mengarah pada Hasil Akhir Program PAIR (PAIR End of Program Outcomes/PAIR EOPOs):
- Penelitian interdisiplin berkualitas tinggi berbasis bukti dan didorong oleh permintaan yang relevan dengan kebijakan dan tantangan pembangunan.
- Jejaring peneliti interdisiplin yang melakukan penelitian berdasarkan kebutuhan untuk merespon tantangan pembangunan yang kompleks.
PAIR EOPOs mencerminkan fokus pembangunan yang kuat. Dana akan dialokasikan untuk memastikan bahwa setiap sistem dan proses yang dilakukan (termasuk Theory of Change dan Monitoring, Evaluasi dan Pembelajaran) berorientasi untuk menangkap dan melaporkan keberhasilan yang relevan.
Keberhasilan dalam menghubungkan para peneliti dengan pembuat kebijakan membutuhkan kolaborasi yang efektif dengan para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor bisnis dan industri, universitas, dan kelompok masyarakat.
PAIR menempatkan para ahli dari berbagai universitas mitra sebagai jantung dari ekosistem pengetahuan tersebut. PAIR memahami dan berupaya untuk mengatasi tantangan koordinasi antara tingkat nasional dan daerah dengan mempertemukan para pemangku kepentingan di setiap tingkatan untuk mengatasi suatu fokus masalah. Salah satu stakeholder utama dan pendukung PAIR adalah Gubernur Sulawesi Selatan, seorang akademisi yang memahami pentingnya penelitian berbasis bukti. Tim peneliti PAIR juga terdiri dari anggota Dewan Pengawas Bank Indonesia, anggota Dewan Sains dan Teknologi Nasional, salah satu pencipta blueprint logistik nasional Indonesia, dan penasihat Kementerian Perhubungan. Salah satu dari mereka juga berada di garis depan Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19. Dewan Penasihat Riset PAIR terdiri dari para pemimpin kebijakan, akademisi, bisnis, dan komunitas yang berpengaruh. Ini termasuk, misalnya, Deputi Bidang Pangan dan Agribisnis – memimpin pengembangan dan implementasi Agenda Rumput Laut Nasional Indonesia – penasihat senior Menteri Perhubungan dan Menteri Kelautan, serta perwakilan dari sektor bisnis dan industri, serta LSM yang berfokus pada isu gender dan inklusi sosial. Senior Fellow kami bekerja dengan para peneliti awal karir di kedua negara melalui Program Akselerasi Bakat (Talent Accelerator Program), dimana kami melatih mereka untuk berkolaborasi secara efektif dalam menjawab tantangan pembangunan kedua negara saat ini, bahkan di masa mendatang di luar program PAIR.
Pekerjaan yang kami lakukan telah menyadarkan kami bahwa hubungan bilateral yang sukses, dibangun atas hubungan yang kuat dan dalam ini, antara para peneliti dan pembuat kebijakan di kedua negara, Australia dan Indonesia.
Merefleksikan hal ini, PAIR dapat menunjukkan keberhasilan awal yang signifikan selama tahun pertamanya, sebagai berikut;
- Kami telah menjalin kemitraan erat dengan Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Provinsi Sulawesi Selatan, Kementerian Perhubungan dan Kementerian Riset dan Teknologi, yang masing-masing bergabung dengan PAIR sebagai mitra kebijakan, anggota Dewan Penasihat Riset PAIR, dan membentuk fondasi unggul untuk Jejaring Pengetahuan PAIR.
- Kami telah mengadakan serangkaian dialog kebijakan dengan para pemangku kepentingan utama di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten, dimana Tim Peneliti PAIR membahas prioritas nasional yang relevan dengan PAIR, mengeksplorasi keselarasan kebijakan antara pusat-provinsi dalam proyek pembangunan rel kereta api, pengembangan rumput laut dan pengentasan kemiskinan, serta mengidentifikasi peluang untuk berkolaborasi dan berbagi data.
- Empat Proyek Percontohan (Pilot Project) sedang berlangsung yang dihasilkan dari dialog kebijakan dengan pemangku kepentingan di empat bidang penelitian – komoditas; transportasi, logistik dan rantai pasok; kaum muda, kesehatan dan kesejahteraan; dan kaum muda dan pembangunan.
- Investasi bersama mitra (berupa tunai maupun natura) dan komitmen kerjasama telah diperoleh dari semua 11 mitra universitas, menambahkan pendanaan dari DFAT dan investasi non-tunai dari Pemerintah Indonesia. Sumbangan lainnya didapatkan dalam bentuk barang, termasuk kantor yang berlokasi di Makassar yang disediakan oleh Universitas Hasanuddin, dan di di Jakarta oleh Knowledge Sector Initiative (KSI), serta dukungan waktu yang diberikan oleh 29 anggota tim inti peneliti kami.
- Kami bekerja sama dengan erat dengan program-program investasi Pemerintah Australia lainnya dan organisasi dengan misi serupa, seperti KSI di Jakarta. Kami melihat KSI dan program lainnya memainkan peran penting dalam penerjemahan pengetahuan dalam kebijakan, dimana program tersebut hampir rampung di tahun 2022 mendatang. Representasi KSI pada Dewan Penasihat Riset dan dalam proses tinjauan sejawat (peer-review) penelitian kami, menetapkan fondasi dasar untuk hal ini.
- Kami menjalin kemitraan dengan OpenLearning Ltd, sebuah perusahaan teknologi pendidikan yang terdaftar di Bursa Australia, yang akan menyediakan platform dan layanannya secara gratis untuk mendukung modul Program Akselerasi Bakat (TAP) sepenuhnya yang dilakukan secara digital. Kemitraan industri pertama PAIR ini mendukung pivot COVID-19 kami.
- Kami telah membentuk Dewan Penasihat Riset (Research Advisory Panel/RAP) yang terdiri dari tokoh-tokoh berpengalaman dan berpengaruh di tingkat pemerintah pusat dan daerah, industri, akademik, dan kelompok masyarakat. Mereka membantu kami menavigasi kebijakan yang kompleks, memberikan masukan penting untuk mengubah pengetahuan PAIR menjadi hasil praktis dan mengidentifikasi peluang untuk pengembangan berupa spin-off dan scale-up.
- Kami berada di jalur yang tepat untuk mencapai kesetaraan gender dan inklusi sosial (Gender Equality and Social Inclusion/GESI) di semua tingkatan program, termasuk dalam hal kepemimpinan, tata kelola, dan desain program. Kami secara aktif menumbuhkan budaya yang mendorong partisipasi penyandang disabilitas. Tim kami memiliki pengalaman GESI yang luas. Komunikasi kami bersifat inklusif dan mencerminkan keragaman. Penelitian kami juga mencakup berbagai topik yang secara langsung membahas masalah GESI.
- Sebagai respon atas pandemi COVID-19, kami dengan cepat mengubah cara kami bekerja, berkomunikasi, dan berkolaborasi. Kami telah menyertakan serangkaian protokol kesehatan dalam proses kerja kami dan menyiapkan berbagai peralatan untuk bekerja jarak jauh. Kami, secara kreatif, telah menyesuaikan model dan fokus penelitian kami sebagai respon terhadap dampak COVID-19. Kami telah memanfaatkan alokasi dana untuk perjalanan dan menginvestasikannya kembali dalam program inisiatif terbaru kami Small and Rapid Research yang mengeksplorasi dampak pandemi terhadap kesehatan, konektivitas, dan pemulihan ekonomi. Kami telah melakukan transformasi dalam pelaksanaan lokakarya, konferensi tingkat tinggi, dan pertemuan dengan pemangku kepentingan untuk dilakukan secara online. Kami telah meningkatkan kegiatan penjangkauan digital kami, dengan memperkenalkan webinar dan podcast dengan jangkauan yang lebih luas pasca COVID-19.
- Semua aktivitas penelitian kami saat ini dan selanjutnya (Proyek Percontohan, Small and Rapid Research, dan Proyek Strategis Terpadu) telah dirancang untuk menanggapi upaya pemulihan dan stabilitas ekonomi yang tertuang dalam Kerangka Kerja Rencana Pemerintah Australia Tanggap COVID-19.
- Kami menginvestasikan lebih banyak sumber daya, waktu, dan tenaga ke dalam sistem manajemen komunikasi dan pengetahuan. Kami telah meluncurkan situs web PAIR dalam dua bahasa, membuat beberapa video yang mempromosikan PAIR di YouTube, dan meluncurkan seri webinar dan podcast. Kami telah menciptakan beragam produk pengetahuan, seperti artikel berupa gambaran umum tentang Sulawesi Selatan yang disajikan berseri dalam ‘Backgrounder’. Kami telah menjalin kemitraan dengan The Conversation Indonesia untuk menerjemahkan dan mempromosikan temuan penelitian kami ke khalayak yang lebih luas. Kami juga telah membuat sistem manajemen pengetahuan, termasuk instrumen manajemen data berbasis cloud, komunikasi e-mail, drive penyimpanan bersama, dan situs intranet yang membantu peneliti untuk saling berbagi data dan informasi.
- Kami telah memanfaatkan jejaring alumni mitra kami untuk menavigasi lingkungan kebijakan Indonesia, mendukung desain program dan akses terhadap tokoh-tokoh berpengaruh yang sangat penting dalam tahap awal PAIR Inception phase). Kami terus melibatkan mereka dalam kapasitas sebagai penasihat dalam tata kelola dan desain program kami, serta membentuk jejaring kampiun pengembangan PAIR dalam prosesnya.
Kami mencapai kesuksesan ini karena kami terus belajar. Pelajaran utama dari keberhasilan PAIR sejauh ini adalah peran penting yang dimainkan oleh universitas dalam pembuatan kebijakan berbasis bukti di Indonesia.
Banyak pembuat keputusan dan kebijakan dalam pemerintahan Indonesia juga merupakan tokoh cendekiawan. Dengan melibatkan mereka dalam penelitian ini sejak awal, kami memastikan bahwa penelitian ini benar-benar didorong oleh kebutuhan.
Berbagai hubungan ini tergambar dalam struktur PAIR, yang secara eksplisit membangun kemitraan antara Tim Manajemen Program (PMT) dan Tim Peneliti (RT). Hal ini berangkat dari pembelajaran berbagai program penelitian dan pembangunan internasional sebelumnya yang hanya berkaitan dengan hubungan administratif.
Pendekatan kemitraan sangat penting untuk memastikan peneliti PAIR selaras dan fokus, dan bahwa Tim Peneliti membentuk dan merangkul prinsip-prinsip yang mendasari pendekatan unik PAIR – penelitian interdisiplin, didorong oleh kebutuhan, dan berbasis wilayah.
Kesebelas universitas mitra kami memiliki sistem yang berbeda. Kami secara efektif menavigasi sistem ini sebagai persyaratan untuk kolaborasi penelitian yang sukses melalui hubungan yang kuat dengan perwakilan dari tiap universitas, dimana sebagian dari mereka adalah Senior Fellow dalam program kami.
Masa depan PAIR menjanjikan, tetapi di saat yang sama kami menghadapi tantangan dan risiko serta peluang. Tantangan utama kami terletak pada upaya menavigasi kompleksitas lingkungan kebijakan Indonesia di tingkat pusat dan provinsi. Kami harus menjalin kemitraan erat dengan para pemangku kebijakan, para ahli dari sektor akademik, kalangan bisnis, dan kelompok masyarakat untuk mencapai tujuan kami. Dalam perjalanan PAIR, kami menemukan perubahan dari segi kepemimpinan di antara mitra universitas kami. Kami harus membangun kembali hubungan dengan para pemimpin yang baru terpilih secara proaktif, termasuk di Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan University of Western Australia.
Kami juga telah melihat pergeseran dalam struktur Pemerintah Indonesia. Setelah Presiden Joko Widodo dilantik untuk masa jabatan kedua, mitra dan investor utama PAIR yaitu RISTEKDIKTI, dimekarkan menjadi dua kementerian baru: RISTEK (Kementerian Riset dan Teknologi), yang menaungi BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), dan DIKBUD (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan).
Hal ini menyebabkan terjadinya pergantian kepemimpinan dalam birokrasi. Profesor Ainun Na’im, anggota dewan AIC dan mantan Sekretaris Jenderal RISTEKDIKTI, diangkat menjadi Sekretaris Jenderal DIKBUD.
Perubahan ini mempengaruhi kemajuan Nota Kesepakatan antara AIC dan RISTEK, karena terdapat masa transisi dalam pembentukan kementerian baru. Meskipun demikian, hubungan yang kuat dan komunikasi yang terjalin erat dengan mitra Indonesia kami, memungkinkan PAIR untuk mampu bertahan dari perubahan ini.
Teori Perubahan (TOC) PAIR menavigasi kami dalam menjawab berbagai tantangan, dan memanfaatkan peluang baru yang dapat tercipta. Meskipun Sulawesi Selatan menjadi fokus kami saat ini, PAIR mampu mendemonstrasikan model ilmu pengetahuan yang berdampak, yang dapat dilaksanakan di setiap wilayah. Kami membayangkan model ini sebagai sebuah bukti dari konsep yang dapat diterapkan pada berbagai masalah dan di wilayah manapun.
Dampak COVID-19: dalam kesulitan terbitlah kesempatan
Kerangka PAIR fleksibel dan cukup lincah dalam merespons kondisi yang berubah sesuai kebutuhan. Salah satu peristiwa besar yang tak terduga dalam perjalanan PAIR adalah pandemi COVID-19. Kami tidak hanya mengalihkan sistem kerja kami dalam menghadapi peristiwa yang tidak terduga tersebut, tetapi juga mengadaptasi proyek penelitian PAIR agar sejalan dengan agenda Kemitraan Pemerintah Australia untuk Pemulihan, dan berkontribusi menginformasikan pemulihan pasca-COVID-19 berbasis pengetahuan di Indonesia.
Kami telah menyesuaikan Proyek Percontohan dari masing-masing kelompok Tim Peneliti kami agar relevan dengan agenda tersebut. Penelitian yang dilaksanakan oleh Kelompok Kaum Muda, Kesehatan dan Kesejahteraan saat ini berfokus sepenuhnya pada dampak COVID-19 pada kaum muda di Sulawesi Selatan. Komponen yang tertuang dalam penelitian Kelompok Komoditas juga mendokumentasikan dampak COVID-19 pada industri rumput laut, dan menganalisa perbandingannya dengan aktivitas pertanian lainnya. Penelitian dari Kelompok Kaum Muda dan Pembangunan mengeksplorasi aspirasi sosial dan ekonomi kaum muda Sulawesi Selatan pasca-COVID-19. Sementara penelitian dari Kelompok Transportasi, Logistik dan Rantai Pasok meletakkan dasar untuk perencanaan transportasi yang terintegrasi dan terhubung dengan perkeretaapian yang sedang dibangun sebagai sebuah langkah penting untuk memastikan bahwa infrastruktur konektivitas tersebut tahan terhadap bencana dan krisis di masa depan.
Pandemi juga telah mengubah pendekatan kami secara mendasar. Dengan menunda semua perjalanan dan kunjungan lapangan, proyek percontohan kami bergantung pada analisis data desktop dan sekunder, dengan analisis data primer yang dikumpulkan menggunakan teknologi dan platform digital.
Kami telah menginvestasikan kembali penghematan dari biaya perjalanan dan kunjungan lapangan untuk mendanai Small and Rapid Research (SRR) yang fokus pada tiga bidang penelitian: COVID-19, masyarakat dan kesehatan; COVID-19, masyarakat dan konektivitas; dan COVID-19, masyarakat dan pemulihan ekonomi. Setiap proyek dipimpin oleh seorang peneliti Australia dan Indonesia dari universitas mitra AIC. Proyek-proyek ini akan menginformasikan para pembuat kebijakan tentang strategi untuk mengatasi dampak COVID-19 di Indonesia.