PAIR researchers first consultation meeting with advisory panel

Setelah pertemuan pertama Dewan Penasihat Riset (Research Advisory Panel/RAP) pada bulan Agustus, PAIR kembali menyelenggaran pertemuan lanjutan pada 4 November yang lalu. Pertemuan ini tidak hanya melibatkan anggota RAP yang merupakan bagian dari pemerintah, industri dan komunitas, juga untuk pertama kalinya mereka bertemu dengan para Senior Fellows yang memimpin penelitian PAIR.

 

Pertemuan tersebut dilakukan secara virtual melalui zoom dan dipimpin oleh Profesor Jamaluddin Jompa, Penasihat Senior Kementerian Kelautan dan Perikanan yang juga bertindak sebagai Ketua RAP. Selain memberikan update tentang kegiatan program PAIR yang telah dilakukan selama ini, ini merupakan kesempatan bagi para peneliti PAIR untuk mempresentasikan temuan awal dan rencana penelitian mereka untuk beberapa tahun mendatang serta mendapatkan masukan dan saran atas proposal proyek mereka langsung dari anggota RAP. RAP terdiri dari para pemimpin yang memiliki banyak pengalaman di bidangnya masing-masing, yang terkait erat dengan bidang fokus penelitian PAIR.

Direktur program PAIR, Dr Eugene Sebastian menjelaskan bahwa tim peneliti telah bekerja keras untuk memahami konteks dan tantangan pembangunan provinsi dengan terus melibatkan para pemangku kepentingan sebagai bagian dari kegiatan Proyek Percontohan mereka.

“Proyek Percontohan adalah pemetaan awal dan analisis untuk menginformasikan desain Proyek Terpadu Strategis yang akan memandu pekerjaan kami selama 18 bulan ke depan,” kata Direktur Program PAIR, Dr Eugene Sebastian.

Meskipun penelitian PAIR mencakup empat tema utama – Komoditas, Transportasi, Logistik dan Rantai Pasok, Kaum Muda, Kesehatan dan Kesejahteraan, serta Kaum Muda dan Pembangunan – para peneliti telah bekerja di seluruh tema ini untuk memastikan bahwa keempat proyek tersebut terintegrasi.

Penelitian terus berlanjut

Tim Peneliti hampir menyelesaikan desain Proyek Terpadu Strategis mereka, dan draf mereka akan ditinjau oleh anggota RAP pada akhir tahun. Wawasan anggota RAP sangat penting untuk memastikan bahwa pekerjaan PAIR didorong oleh permintaan, sejalan dengan kebutuhan Sulawesi Selatan dan juga berfokus pada komunitas yang rentan, termasuk perempuan dan anak perempuan, serta penyandang disabilitas.

PAIR telah bekerja untuk memastikan masalah kesetaraan gender dan inklusi sosial dimasukkan ke dalam program dan penelitian sejak awal, dan kontribusi anggota RAP memperkuat upaya ini. “Kita perlu fokus pada gender dan disabilitas, dan masalah kesehatan mental,” kata Erna Witoelar, mantan Duta Khusus PBB untuk Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) di Asia Pasifik.

Prinsip-prinsip Kesetaraan Gender dan Inklusi Sosial (GESI) digunakan oleh PAIR dalam menginformasikan seluruh program dan kegiatan penelitiannya, serta mencakup seluruh area fokus penelitian.

Dalam pertemuan tersebut juga ditegaskan bahwa COVID-19 tidak menghalangi peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian karena mereka telah mengumpulkan data dari jarak jauh selama Proyek Percontohan mereka. Peneliti PAIR akan terus inovatif dalam pendekatan dan metodologi penelitian mereka sehingga pembatasan perjalanan yang kemungkinan akan berlanjut pada tahun 2021 tidak akan menghambat penelitian mereka.

Agenda akhir tahun

Selain proyek penelitian, selama setahun terakhir PAIR telah melakukan berbagai kegiatan penting lainnya. Dr Hasnawati Saleh, Koordinator Riset PAIR mengantar peserta pertemuan pada serangkaian pertemuan yang diadakan oleh para peneliti dan pemangku kepentingan nasional dan provinsi sebelum dan selama pandemi COVID-19.

Jarak yang jauh, zona waktu yang berbeda antara kedua negara, dan pembatasan perjalanan tahun ini tidak menghalangi PAIR untuk berkomunikasi dan berkonsultasi dengan pemangku kepentingannya.

Selain fokus pada penelitian dan menghasilkan output berkualitas tinggi, PAIR juga berkontribusi pada pengembangan kapabilitas para peneliti, terutama peneliti karir awal (Associate Fellows), melalui Program Akselerasi Bakat (Talent Accelerator Program/TAP).

Dipimpin oleh Dr Martijn Van Der Kamp, TAP telah menyelenggarakan dua workshop dengan The Conversation Indonesia untuk meningkatkan keterampilan peneliti dalam komunikasi tertulis sehingga mereka dapat lebih mencakup audiens dalam jumlah besar dengan menggunakan bahasa yang sederhana. Hasilnya, beberapa artikel berkualitas tinggi akan segera diterbitkan oleh Associate Fellows di media online The Conversation Indonesia.

Direktur Program PAIR, Dr Eugene Sebastian, juga menjelaskan berbagai kegiatan penting yang akan diadakan hingga awal Desember 2020. Tim peneliti akan bertemu dalam rangkaian workshop pada pertengahan November, dan ini akan menjadi lokakarya virtual ketiga dan keempat mereka tahun ini.

Acara penting lainnya adalah PAIR Annual Summit yang akan dilaksanakan selama 4 hari pada akhir November dan awal Desember 2020. Sehubungan dengan COVID-19, Summit ini akan diselenggarakan secara digital. Ini akan menjadi kesempatan bagi anggota RAP untuk memberikan wawasan tentang masalah kebijakan yang relevan dengan PAIR dan bagi Senior Fellows PAIR untuk menunjukkan temuan proyek mereka sejauh ini dan rencana masa depan.

Informasi lebih lanjut tentang KTT ini akan segera diumumkan.

Pertemuan ditutup dengan sepatah kata dari Konsul Jenderal Australia di Makassar, Bronwyn Robbins, yang memuji kemampuan PAIR untuk beradaptasi dengan cepat terhadap prioritas penanganan COVID-19 dan mengungkapkan harapannya untuk program ini.

“Kami berharap penelitian PAIR dapat memberikan masukan tentang keterampilan, mata pencaharian, pendidikan, peluang kebutuhan masyarakat Sulawesi Selatan,” ujar Bronwyn Robbins menutup pertemuan.

Seiring dengan berlanjutnya penelitian, dukungan dari anggota RAP – sebagai tokoh berpengaruh dari pemerintah Australia dan Indonesia, industri, penelitian dan masyarakat – akan memastikan keluaran penelitian berkualitas tinggi yang mampu mempengaruhi dan memenuhi kepentingan dan kebutuhan pembuat kebijakan.

Picture of Fadhilah Trya Wulandari

PAIR Program Officer
The Australia-Indonesia Centre