Pandemi dan peluang peningkatan keterampilan pekerja pariwisata Indonesia
Keahlian, khususnya di sektor digital, telah menjadi sorotan sebagai sektor yang secara signifikan dapat membantu sektor pariwisata Indonesia kembali makmur setelah pandemi.
Seperti yang telah diketahui bersama, sektor ekonomi di titik pariwisata unggulan seperti Bali dan Yogyakarta sangat terdampak oleh lockdown dan pembatasan perjalanan internasional.
Australia-Indonesia Centre menyelenggarakan diskusi virtual dengan menghadirkan dua peneliti PAIR, perwakilan Kementerian Keuangan Indonesia, dan seorang eksekutif dari aplikasi perjalanan terbesar di Indonesia, Traveloka.
Menurut VP Public Policy, Government Relations and Corporate Social Responsibility Traveloka, Widyasari Listyowulan, Widyasari Listyowulan, keterampilan tambahan untuk pekerja di sektor pariwisata, seperti protokol keselamatan, akan sangat penting untuk memastikan lingkungan aman dan bebas dari COVID.
Widyasari mengungkapkan tentang pentingnya pelatihan untuk memastikan keamanan COVID di hotel dan restoran.
“Kami ingin memastikan bahwa sertifikasi yang diberikan oleh pemerintah, CHSE (Clean, Health, Safety, Environment) diimplementasikan secara strategis,” katanya, juga mencatat bahwa kesehatan harus menjadi “prioritas nomor satu”.
“Bisa jalan-jalan, bisa menikmati waktu, tapi harus sehat,” kata Widyasari.
“Karena ini bukan hanya untuk Anda, tetapi semua ekosistem pariwisata.”
Dr Ya-Yen Sun mengatakan bahwa pelatihan digital untuk pekerja perempuan di bidang operasional pariwisata “sangat penting”.
“Di Indonesia, bisnis pariwisata banyak dijalankan oleh pengusaha wanita dan mereka menjalankan bisnis skala kecil atau mikro yang sangat penting bagi keluarga mereka,” katanya.
“Kami juga menemukan bahwa beberapa dari mereka kurang memiliki keterampilan digital yang dibutuhkan saat ini.”
Dr Ya-Yen mengatakan ini berarti kemampuan untuk bekerja dengan nyaman dengan perangkat lunak maupun perangkat keras.
“Jadi jika tidak ada turis baru yang datang, satu hal yang bisa Anda lakukan adalah tetap berhubungan dengan pelanggan Anda terdahulu.
“Anda dapat menghubungi mereka melalui email atau e-newsletter dan platform media sosial.
“Tetapi beberapa pengusaha ini benar-benar kesulitan dan mereka kehilangan kontak dengan pelanggan mereka. Mereka tidak dapat memberikan informasi terbaru terkait kebutuhan sertifikat vaksinasi dan kebijakan tingkat kebersihan.”
Oleh karena itu, dalam kondisi seperti ini, komunikasi digital sangat penting.
“Jadi peningkatan kemampuan digital itu penting,” kata Dr Ya-Yen.
Dr Ilmiawan Auwalin mengatakan kebijakan pemulihan pariwisata perlu dilakukan secara spesifik per wilayah, karena “satu kebijakan untuk semua” kecil kemungkinan untuk berhasil.
“Akan lebih baik jika kita melihat secara spesifik masing-masing provinsi, apa yang mereka butuhkan dan apa yang terjadi di provinsi itu dan fokus pada pemulihan pariwisatanya,” katanya.
“Setiap provinsi memiliki model pariwisata yang berbeda; Yogyakarta dan Bali benar-benar berbeda dan Lombok berbeda lagi.
“Jadi sangat penting untuk memastikan kebijakan yang sesuai untuk setiap provinsi.”
Dr Ya-Yen berbicara tentang perlunya bantuan tunai untuk pekerja pariwisata.
“Menurut kami kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah benar-benar dibutuhkan oleh para pekerja saat ini. Berdasarkan rekomendasi Organisasi Pariwisata Dunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa, mereka menganggap bantuan tunai dan subsidi gaji adalah dukungan terbaik yang dapat diberikan pemerintah kepada para pekerja yang terkena dampak,” katanya.
“Dan alasannya adalah karena pariwisata mengalami kehilangan pekerjaan skala besar pada saat yang bersamaan. Orang-orang yang kehilangan pekerjaan pada dasarnya memiliki keahlian yang sangat mirip.”
Dr Ya-Yen mengatakan pekerja pariwisata masih membutuhkan dukungan pemerintah.
“Jadi para pekerja pariwisata yang kehilangan pekerjaan saat ini akan sangat kesulitan mencari posisi baru, mencari sumber pendapatan baru,” ujarnya.
“Cara terbaik untuk membantu mereka adalah dengan memberikan bantuan tunai atau subsidi atas gaji mereka.
“Kalau masih ada dipekerjakan, jam kerjanya dikurangi, gajinya juga dikurangi. Jadi dalam keadaan seperti itu, penting untuk menjaga kehidupan dasar atau kesejahteraan para pekerja yang terkena dampak langsung.”
Dr Ilmiawan menyepakati perlunya bantuan tunai.
“Tahun ini angka pengangguran di sektor pariwisata masih sangat tinggi, karena pariwisata masih belum terbuka,” ujarnya.
“Jadi bantuan tunai akan membantu para pekerja yang kehilangan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Dan akan sangat penting untuk memastikan bahwa mereka akan bertahan selama masa sulit ini.”
Futu Futuray mengatakan bantuan tunai telah menjadi sumber dukungan yang signifikan bagi mereka yang bekerja di sektor yang disebut ‘informal’.
“Kita tahu sektor informal terkena COVID-19 karena pembatasan perjalanan, mereka tidak bisa menjual produk atau pekerjaannya di sektor pariwisata,” katanya.
Widyasari Listyowulan mengatakan telah ada beberapa kebangkitan pariwisata dalam bentuk ‘staycations’ dan tumbuhnya keyakinan bahwa karena ketersediaan vaksinasi, orang-orang siap untuk mulai bepergian.
“Ternyata banyak anak muda lebih suka bekerja tidak hanya di rumah, tapi mungkin di hotel, karena di sana mereka bisa menyeimbangkan hidup mereka,” katanya.
“Dan itulah mengapa saya pikir staycation sebenarnya meningkat. Mobil atau transportasi darat juga meningkat.”
“Kami melihat banyak orang bepergian menggunakan jalur darat selain penerbangan. Namun, setelah jumlah orang yang divaksinasi meningkat, kami melihat tren orang mulai bergerak dari satu tempat ke tempat lain.”