Para peneliti rumput laut bertemu dengan kementerian pemerintah
Peneliti utama proyek rumput laut Partnership for Australia-Indonesia Research (PAIR) telah mempresentasikan temuan mereka kepada pejabat senior di tiga departemen pemerintah Indonesia.
Tim peneliti Australia-Indonesia Centre (AIC) telah selesai mengumpulkan bukti tentang industri rumput laut dan telah berada di Jakarta untuk mendiskusikan pekerjaan mereka dan bagaimana hal itu dapat membantu pembuat kebijakan menciptakan industri rumput laut yang berkelanjutan.
Pemimpin senior tim peneliti bertemu dengan Musdhalifah Machmud, Deputi II Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Dr Scott Waldron dari University of Queensland dan Prof Nunung Nuryartono dari Institut Pertanian Bogor menguraikan bahwa tim telah mengumpulkan informasi harga yang ekstensif yang menunjukkan harga pasar mengikuti tren yang sama, namun petani akan mendapat manfaat dari lebih banyak informasi tentang harga dan kualitas rumput laut saat bernegosiasi dengan pembeli.
Informasi harga ini dapat diakses berkat kerja sama dengan grup organisasi industri Jasuda.
Menurut Dr Musdhalifah, temuan penelitian akan digunakan untuk menginformasikan peta jalan rumput laut nasional yang baru. Saat ini sedang dipersiapkan melalui surat ke kantor kepresidenan.
“Informasi dari kajian ini dapat kita jadikan sebagai bagian dari laporan kami ke menteri. Kita ingin bicara tentang tingginya dampak rumput laut di Indonesia, dan laporan ke menteri itu harus berdasarkan data,” ujarnya.
“Kami membutuhkan lebih banyak orang untuk tertarik pada rumput laut. Kami membutuhkan lebih banyak ahli muda untuk memasukkan visi mereka, termasuk kontribusi pada peta jalan.”
Kunjungan selanjutnya ke Kementerian Kelautan dan Perikanan dimana Direktur Jenderal Perikanan TB Haeru Rahayu memaparkan visi untuk meningkatkan empat komoditas kelautan termasuk rumput laut.
Dr Rahayu menekankan pentingnya penelitian ‘membumi’ yang dapat digunakan secara praktis oleh petani.
“Kami atas nama pemerintah sangat mengapresiasi penelitian Anda tentang rumput laut. Kami berharap program ini dapat dilanjutkan, dan kami ingin membicarakan agenda kami sehingga kami dapat menggabungkan prioritas kami.”
Menurut Dr Rahayu rencana tahun depan adalah untuk meningkatkan produksi secara signifikan.
“Kami telah bertemu dengan para pemangku kepentingan untuk mewujudkannya. Ada pelatihan bagi para petani untuk menerapkan praktik akuakultur yang baik di tambak mereka. Memang tidak mudah, tetapi kami harus memulainya, jika tidak, kami tidak dapat mengentaskan kemiskinan.”
Pemimpin penelitian A/Prof. Waldron menanyakan bagaimana pemerintah dapat mendukung produksi dengan menyediakan bibit bagi petani yang harganya mahal atau sulit didapat.
Direktur Jenderal memaparkan program kebun rumput laut yang menyediakan bibit berkualitas baik namun terkendala distribusi karena keterbatasan dana.
“Kebijakan kami tahun depan adalah memiliki 256 kebun rumput laut di seluruh Indonesia. Kami akan fokus pada wilayah prioritas Maluku, Sulawesi dan Bali,” kata Dr Rahayu.
Pertemuan tersebut juga membahas nilai kerja penelitian oleh program-program seperti PAIR karena adanya perubahan administrasi penelitian dan pengembangan pemerintah Indonesia.
Para pimpinan penelitian rumput laut kemudian berpindah ke kantor Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) untuk memperkenalkan hasil kerja PAIR.
Direktur Eksekutif Dr Eugene Sebastian menjelaskan bagaimana model penelitian PAIR dapat diadopsi di provinsi lain.
“Kami ingin bekerja sama dengan BAPPENAS dan mengembangkan gagasan tentang bagaimana mereplikasi model PAIR. Ini adalah model untuk menyatukan universitas dan membuat perubahan yang efektif,” katanya.
Direktur Pangan dan Pertanian, Anang Noegroho Setyo Moeljono mengatakan, salah satu bidang yang menjadi fokusnya adalah pangan dan gizi, serta bagaimana mengembangkan sistem agribisnis untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang sangat besar.
Topik tentang sistem transformasi pangan diangkat, dan Profesor Nuryartono mengatakan hal ini dapat menjadi bagian dari kegiatan Australia-Indonesia Centre pada fase selanjutnya, sekaligus memiliki hubungan yang kuat dengan bidang penelitian PAIR lainnya.
“Ini terkait dengan kepemudaan dan pembangunan, serta transportasi. Pemuda dan pembangunan sangat penting bagi generasi penerus pembangunan pertanian, karena pemuda harus sehat untuk pembangunan. Semua masalah ini saling berhubungan,” ujarnya.
BAPPENAS bertanggung jawab untuk melaksanakan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) dan oleh karena itu memiliki minat yang kuat terhadap hasil pangan dan kesehatan.
Bapak Moeljono mengatakan Ia berharap dapat bekerja sama dengan AIC dalam membangun arsitektur terbaik untuk langkah selanjutnya dalam produksi pangan berkelanjutan.
Feature image: AIC