Peneliti PAIR update perkembangan di Sulawesi Selatan

Dr Scott Waldron presenting

Tim peneliti untuk proyek utama Australia-Indonesia Centre kembali bertemu untuk berbagi kemajuan dan melihat bagaimana mereka dapat berkolaborasi lebih lanjut.

Kali ini giliran tim komoditas yang melaporkan bahwa mereka sudah mulai menempatkan peneliti junior (Junior Research Officer) ke titik lokasi riset dan sedang membangun hubungan dengan masyarakat sekitar.

“Tim peneliti sudah berada di lokasi. Mereka telah divaksinasi penuh dan melakukan penelitian sesuai dengan protokol kesehatan yang dianjurkan,” sebut Associate Fellows, Dr Alexandria Langford.

Tim peneliti junior akan membangun jejaring pengetahuan yang luas di wilayah studi dan akan memulai pengumpulan data kualitatif formal akan dimulai tahun depan.

Penelitian mereka akan melanjutkan proyek riset awal terkait produksi rumput laut dimana mereka menggunakan data satelit resolusi tinggi untuk menciptakan gambaran yang lebih akurat tentang industri yang sangat penting bagi ekonomi ini.

Hingga 2022 mendatang, Proyek Strategis Terpadu (Strategic Integrated Project/SIP)  akan fokus pada empat kegiatan riset dalam upaya meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan budidaya rumput laut, yaitu: musim untuk budidaya rumput laut, faktor penentu lingkungan dari tingkat pertumbuhan dan produksi karagenan; pengaruh budidaya rumput laut terhadap keanekaragaman hayati lokal; dan kontribusi budidaya rumput laut terhadap mikro- dan nano- plastik.

“Kami akan menggunakan data satelit untuk memetakan produksi di provinsi Sulawesi Selatan dan melakukan analisis mata pencaharian kuantitatif dan kualitatif untuk memahami mata pencaharian rumput laut melalui penelitian etnografi, survei, wawancara semi-terstruktur, dan diskusi interaktif secara daring.” kata Dr. Langford.

Tujuan keseluruhan dari SIP komoditas adalah untuk meningkatkan industri rumput laut SulSel dengan cara yang menghasilkan manfaat bagi rumah tangga petani, dan berkelanjutan secara sosial dan lingkungan, serta meningkatkan hasil bagi perekonomian daerah di tengah pandemi COVID-19.

Kelompok peneliti komoditas juga berkolaborasi dengan Jasuda (organisasi lokal di Sulawesi Selatan untuk mengembangkan rumput laut berkelanjutan) dan telah melalui proses seleksi kompetitif untuk merekrut tim peneliti junior berbasis lokal.

Kelompok penelitian komoditas terdiri dari peneliti dari University of Queensland, Institut Pertanian Bogor, Universitas Hasanuddin, dan Universitas Airlangga, dan telah melakukan penelitian lapangan di dua lokasi studi kasus di Sulawesi Selatan; Laikang (Takalar) dan Pitu Sunggu (Pangkep).

Interaksi penelitian yang ditingkatkan

Pertemuan antara Senior Fellow PAIR diadakan setiap bulan secara daring untuk menghasilkan pemahaman yang lebih besar tentang pekerjaan yang dilakukan oleh tim peneliti di berbagai bidang: komoditas; transportasi;  kaum muda; dan kesehatan/kesejahteraan. Sebelum pembatasan perjalanan diberlakukan, para peneliti bertemu langsung, sekali di Melbourne dan dua kali di Makassar.

Pertemuan rutin ini telah menghasilkan lebih banyak pemahaman terkait kolaborasi interdisiplin. Sebagai contoh, tim peneliti bidang kaum muda dan kesehatan turut meramu pertanyaan untuk survei rumah tangga kelompok komoditas.

Fokus penelitian PAIR adalah di Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah ini sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, sehingga dalam perkembangannya, para pembuat kebijakan diharapkan dapat mengambil manfaat dari lebih banyak dari penelitian berbasis bukti.

Presentasi dari kelompok riset komoditas kemudian dilanjutkan dengan diskusi dengan tim manajemen program PAIR dan anggota tim peneliti lainnya di bawah lingkup program PAIR.

Pemantauan, evaluasi, dan pembelajaran (MEL)

PAIR meluncurkan survei MEL untuk melacak, meninjau, dan memperbarui kinerja program secara berkala. Survey juga bertujuan untuk menilai secara sistematis apa yang berhasil dan tidak untuk dijadikan acuan perbaikan program yang berkelanjutan. Tim manajemen program  mengumpulkan tanggapan dari peneliti pada Juli 2021 dan mempresentasikan hasilnya dalam pertemuan rutin dengan tim peneliti sebagai bentuk  transparansi dan akuntabilitas.

“Survei ini merupakan salah satu kegiatan program MEL dan memberikan kesempatan bagi kita semua untuk mengetahui pandangan tim peneliti terkait pengalaman secara keseluruhan dalam mengikuti program ini, dan juga aspek apa dari program ini yang berjalan dan apa saja yang perlu ditingkatkan.”, kata Dr Leonardo Pegoraro, manajer program PAIR.

Secara keseluruhan, PAIR menerima tanggapan positif dengan mayoritas responden (60 persen) yang menyatakan bahwa mereka memiliki pengalaman “sangat baik” atau “baik” dengan PAIR.

this graph shows respondents answers to questions about the PAIR program
PAIR researchers overall experience with PAIR program 2020-2021. Source: PAIR MEL Survey 2021

Meskipun 30 persen responden memberikan penilaian “rata-rata” dan “tidak memuaskan”, hal ini diharapkan akan mengalami perbaikan sejalan dengan peningkatan yang terus dilakukan PAIR kelangsungan program.

PAIR juga menerima sejumlah saran dari tim peneliti untuk perbaikan PAIR.

“Pertemuan berikutnya akan menjadi kesempatan untuk menjawab tantangan program bersama-sama,” kata Dr Pegoraro.

Seluruh tim manajemen terus menantikan update dari para peneliti di pertemuan selanjutnya pada November mendatang.

Penulis dan penerjemah bahasa: Fadhilah Trya Wulandari
Editor:  Helen Brown