Penelitian interdisiplin: bersama bekerja memajukan Sulawesi Selatan
Associate Fellows AIC, Anis Wulandari dan Dr Muhammad Farid Dimjati Lusno memberikan gambaran tentang hari-hari pertama perjalanan penelitian mereka bersama PAIR, yang membawa mereka ke Sulawesi Selatan untuk bertemu dengan para pemangku kepentingan, membangun tim interdisiplin yang solid, dan terjun langsung dalam penyusunan proposal penelitian bersama dengan Senior Fellows AIC.
Sejak penunjukan 11 Senior Fellows (peneliti senior) dari universitas terbaik di Australia dan Indonesia, Kemitraan untuk Penelitian Australia-Indonesia (PAIR) semakin berkembang. 15 Associate Fellows (peneliti muda) telah bergabung dalam tim PAIR dan bersama-sama akan mengeksplor isu-isu lokal dan merancang proposal penelitian.
Associate Fellows menghabiskan waktu lima hari di bulan Februari untuk dilantik sebagai tim peneliti PAIR dan berpartisipasi dalam Visioning Workshop 1 di kota Makassar. Mereka memiliki bidang keahlian yang beragam dan berasal dari universitas-universitas terbaik di Indonesia dan Australia. Perjalanan penelitian interdisiplin mereka ini dimulai dengan perkenalan Sulawesi Selatan melalui serangkaian kunjungan lapangan.
Senin, 2 Februari
Induction Workshop diawali dengan sambutan dan perkenalan tentang PAIR oleh Chief Operating Officer AIC, Helen Fletcher-Kennedy. Manajer program PAIR, Dr Leonardo Pegoraro, juga menjelaskan struktur PAIR dan memimpin sesi diskusi.
Selanjutnya, Associate Fellows kemudian diajak untuk saling mengenal latar belakang dan anggota domain mereka melalui sesi perkenalan yang informatif. Dr Hasnawati Saleh, Koordinator Penelitian PAIR memberikan gambaran umum tentang Sulawesi Selatan dan Senior Fellow dari Universitas Hasanuddin, Dr Sudirman Nasir, membahas para stakeholders yang terlibat dalam penelitian ini. Senior Fellow lainnya, Dr Sebastian Thomas dari The University of Melbourne, berkesempatan untuk menyampaikan presentasi tentang dampak penelitian PAIR. Induction Workshop hari pertama kemudian ditutup dengan dengan presentasi oleh Senior Fellow, Professor Anu Rammohan dari The University of Western Australia, tentang bagaimana menyatukan berbagai bidang keahlian dalam penelitian interdisiplin.
-
Selasa, 3 Februari
Hari kedua Induction Workshop Associate Fellows dihabiskan dengan kunjungan lapangan di kota Makassar dan Kabupaten Barru. Kunjungan pertama dilakukan di kantor manajemen pelabuhan baru Makassar (Makassar New Port) PT Pelindo IV. General Manager Makassar New Port, Bapak Edi Nursewan, memberikan gambaran umum tentang Makassar New Port saat ini dan masa depan, serta menyoroti pentingnya kinerja pelabuhan. Dari lantai teratas kantor ini (rooftop), rombongan diajak untuk melihat wilayah pantai dengan kapal penumpang dan kapal kargo di pelabuhan tradisional makassar, Paotere. Mereka juga bertemu dengan kru dan pekerja setempat, meninjau kemajuan pembangunan pelabuhan, dan mempelajari proses bongkar muat di pelabuhan baru tersebut.
Perjalanan dilanjutkan ke Barru, titik pusat pembangunan jalur kereta Makassar-Parepare dan bertemu dengan tim proyek pembangunan dari Balai Kereta Api wilayah Jawa Bagian Timur. Disini, para Associate Fellow berdiskusi tentang proses pembangunan jalur kereta api, meninjau studi kelayakan, rencana induk dan proyeksi dampak dari adanya jalur kereta api. Topik lain dalam diskusi tersebut mencakup proses pembebasan lahan, aspek pariwisata, komoditas, dan tantangan yang mungkin timbul dari peralihan moda transportasi.
Perhentian berikutnya adalah kunjungan ke kelompok petani rumput laut di Pitu Sunggu, desa Pitue kabupaten Pangkep, dimana rombongan peneliti AIC menerima sambutan hangat dari masyarakat setempat di rumah tradisional Bugis dengan sajian berbagai makanan lokal: jagung rebus, roti goreng, buah yang dicelupkan ke dalam saus kacang, apang colo (panekuk putih dengan gula merah leleh), sarabba dan masih banyak lagi. Pertemuan tersebut juga diisi dengan bincang-bincang dengan perwakilan dari kantor Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Pangkep dan kelompok petani rumput laut di desa tersebut. Keduanya melihat potensi untuk mengoptimalkan industri rumput laut dengan lebih baik. Namun, ada beberapa tantangan yang dihadapi, khususnya terkait dengan proses pengeringan dan penyimpanan rumput laut yang masih dilakukan dengan cara tradisional, serta stabilitas harga dan kerusakan lingkungan.
Setelah perjalanan panjang, rombongan Associate Fellows kembali ke Makassar, dan bertemu dengan para Senior Fellows untuk pertama kalinya saat makan malam.
Rabu, 4 Februari
Pada hari Rabu, Senior Fellows and Associate Fellows berpartisipasi dalam Dialog Kebijakan PAIR. Anda dapat membaca rangkuman yang ditulis oleh Associate Fellow dari Monash University, Dr Simon Bowly, dari acara ini di sini.
Pada malam hari, seluruh tim peneliti PAIR AIC makan malam di kediaman Richard Mathews, Konsul Jenderal Australia di Indonesia Timur. Richard Mathews pernah melakukan wawancara tentang PAIR tahun lalu.
Kamis, 5 Februari
Setelah serangkaian kunjungan lapangan dan Dialog Kebijakan, kini waktunya bagi Senior and Associate Fellows untuk mengarah pada upaya membuat dampak nyata (dari penelitian). Proses yang difasilitasi oleh Dr Martijn Van Der Kamp, koordinator kapabilitas tim PAIR, mendorong Associate Fellows untuk hadir dengan ide-ide tentang dampak yang ingin dicapai oleh tim. Setelah itu, setiap sub-tim atau domain, bekerja secara terpisah sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing, yakni: transportasi, logistik dan rantai pasokan; komoditas; pemuda dan pembangunan; pemuda, kesehatan dan kesejahteraan. Setiap domain menyusun draft proposal untuk proyek percontohan mereka dan mempresentasikan proposal tersebut untuk mendapatkan umpan balik dari domain yang lain.
Jumat, 6 Februari
Pada hari terakhir, semua domain berkumpul dan memastikan bahwa semua tim peneliti PAIR memiliki pemahaman yang sama setelah Visioning Workshop 1. Presentasi draft proposal oleh sebagian domain lainnya dilanjutkan dari hari sebelumnya, kemudian para peneliti kembali ke domain mereka masing-masing untuk mengembangkan draft proposal yang lebih baik sembari merencanakan langkah selanjutnya dalam pelaksanaan program PAIR ini. Terakhir, kegiatan Visioning Workshop 1 ditutup dengan sesi pengembangan kapasitas bagi seluruh tim peneliti PAIR.
Proyek percontohan ini baru saja akan dimulai. Terus ikuti perkembangan kami di website kami.
Diterjemahkan oleh Fadhilah Trya Wulandari.