Pengembangan ‘Transit Oriented Development’ dan integrasi moda transportasi menjadi fokus pembicaraan antara peneliti PAIR dan Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan
Penyediaan ruang untuk pengembangan area komersial, perumahan dan publik di sekitar stasiun kereta api menjadi tema utama pembicaraan antara peneliti PAIR dan Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan.
Tim peneliti transportasi PAIR baru-baru ini melakukan perjalanan ke Makassar dan menyampaikan kepada perwakilan Dinas Perhubungan tentang penelitian mereka tentang memaksimalkan efektivitas jalur kereta api Makassar – Parepare yang merekomendasikan pemerintah daerah mengadopsi ruang seperti itu untuk pengembangan berorientasi transit, atau ‘Transit Oriented Development’ (dikenal dengan singkatan TOD), dalam pengembangan stasiun kereta api.
Bank Dunia menggambarkan TOD sebagai “strategi perencanaan” yang bertujuan untuk memusatkan bisnis, perumahan, dan layanan di sekitar simpul transportasi umum, membantu kota mengurangi jejak karbon dan menjadi lebih produktif dan layak huni.
Menanggapi pertanyaan salah satu pegawai Dinas Perhubungan Agustina, rekan peneliti PAIR Tony Dwi Susanto dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember mengatakan pengembangan TOD membutuhkan keterlibatan dari Dinas Pekerjaan Umum, serta dukungan gubernur dan sekretaris daerah.
Dia mengatakan pemerintah provinsi perlu memanfaatkan momentum yang dihasilkan oleh proyek kereta api Makassar-Parepare untuk mengembangkan kota pintar, rekomendasi PAIR lainnya.
Rekan peneliti PAIR Imam Muthohar dari Universitas Gadjah Mada mengatakan Maros dapat dikembangkan berdasarkan prinsip TOD, dengan proses tukar guling dengan mengikutsertakan pemilik lahan yang memungkinkan “solusi win-win”.
Dr Imam mengatakan masyarakat yang selama ini memproduksi beras, rumput laut, dan semen dapat memanfaatkan simpul stasiun, namun diperlukan gerbong kereta multifungsi dan multi-komoditas untuk mengakomodir jenis barang dan komoditas yang berbeda.
Poin-Poin Rekomendasi
Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Sulsel, Aruddini menyambut kedatangan AIC dan peneliti PAIR dan menerima dengan baik rekomendasi tentang perlunya percepatan sarana angkutan antarmoda baik barang maupun penumpang.
Kepala Program M. Tahir mengatakan, pihaknya sedang menyusun rencana kerja 2024-2026 dan diharapkan rekomendasi antar moda dapat diakomodasi.
Peneliti senior PAIR Profesor Nyoman Pujawan dari ITS juga berbicara tentang rekomendasi PAIR lainnya termasuk smart city master plan, menghubungkan prasarana perkeretaapian dengan sistem transportasi kota.
Dia mencatat bahwa tarif untuk layanan penumpang perlu dibahas dan perlu edukasi masyarakat tentang cara membeli tiket, untuk mempromosikan penggunaan kereta api.
“Penting untuk membangun konektivitas dari jalur transportasi lain ke kereta api, baik bagi penumpang angkutan pribadi seperti mobil atau motor maupun penumpang angkutan umum seperti bus atau pete pete,” kata Profesor Nyoman.
Ada diskusi tentang bahaya dan risiko pergeseran tanah, banjir, dan longsor, dengan rekan PAIR dari UGM, Dr Dyah Rahmawati Hizbaron, mencatat bahwa daerah dengan risiko lebih tinggi adalah Maros, Barru dan Pangkep yang memerlukan upaya mitigasi risiko.
Kabupaten Barru dan Pangkep dilalui oleh kereta barang dengan muatan berat, meningkatkan unsur risiko sehingga diperlukan mitigasi oleh ahli teknik sipil, yang kemudian ditambahkan oleh
Dr Imam yang mencatat perlunya drainase dan gorong-gorong untuk mengurangi potensi banjir.
Rekan peneliti PAIR dari ITS, Dr Ira Anjasmara, mengatakan data, terutama sebelum dan sesudah pembangunan kereta api, diperlukan untuk memahami penyebab banjir. Ia juga menyerukan studi kontinyu atau monitoring.
Kasubbag program Dinas Perhubungan Sulsel. M.Tahir menutup diskusi dengan harapan dapat mempercepat pembangunan jalur KA Makassar-Parepare dan mengucapkan terima kasih kepada para peneliti PAIR atas segala upayanya.
Direktur eksekutif Australia-Indonesia Centre, Eugene Sebastian, berterima kasih kepada Dinas Perhubungan yang telah menyediakan waktu untuk mendengarkan rekomendasi.
AIC berupaya mendukung implementasi rekomendasi pada rencana kerja 2024 melalui pelatihan dengan dukungan Australia Awards Fellowships.
Gambar di atas oleh David Sexton dan PAIR.