Dewan Penasihat Riset PAIR membagikan wawasan awal

Pertemuan pertama Dewan Penasihat Riset (Research Advisory Panel/RAP) untuk program penelitian bilateral utama AIC, PAIR, memperkuat hubungan penting dan vital antara pemerintah, industri dan masyarakat.

 

Anggota RAP tersebut termasuk penasihat senior Kementerian Kelautan dan Perikanan Profesor Jamaluddin Jompa, Konsul Jenderal Australia di Makassar Bronwyn Robbins, salah satu pendiri Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan Ishak Salim, Direktur Teknik PT PELINDO IV Makassar Prakosa Hadi Takariyanto, di antara tokoh-tokoh berpengaruh lainnya .

Rangkaian pengalaman para dewan penasihat tersebut mencakup semua sudut misi PAIR dan mereka berkumpul untuk pertama kalinya pada 26 Agustus 2020 melalui Zoom.

Setelah sambutan dari pimpinan rapat Prof Jamaluddin Jompa, Direktur Program PAIR Dr Eugene Sebastian memberikan informasi terbaru kepada dewan penasihat riset tentang kemajuan PAIR, khususnya mengenai penelitian inti, bagaimana program telah beradaptasi dengan COVID-19, dan pembentukan skema hibah Penelitian Cepat.

Peran RAP

Dari anggota RAP, PAIR meminta bantuan dan bimbingan dalam melakukan penelitian seputar empat tema utamanya: kaum muda, kesehatan dan kesejahteraan; kaum muda dan pembangunan; transportasi, logistik, dan rantai pasok; dan komoditas. Dewan Penasihat Riset PAR memiliki fungsi sebagai berikut:

  • memastikan bahwa pekerjaan PAIR didorong oleh permintaan dan selaras dengan kebutuhan Sulawesi Selatan dan Indonesia. Ini termasuk memastikan bahwa penelitian mencakup fokus pada perempuan, anak-anak, dan penyandang disabilitas
  • membantu integrasi penelitian, dan
  • membantu Tim Manajemen Proyek PAIR dan para peneliti untuk menavigasi program tiga tahun ke depan, melalui keahlian, wawasan, dan pengaruh mereka.

Pada pertemuan tersebut, anggota RAP menyampaikan pandangan seputar fokus penelitian program. Salah satu perhatian ditujukan pada konektivitas. Prof Wihana Kirana Jaya dari Kementerian Perhubungan menekankan pentingnya mengeksplorasi masalah makro, mikro, dan menengah dalam transportasi dan konektivitas, dan bagaimana mereka berintegrasi dalam menanggapi situasi COVID saat ini.

Aliran Penelitian

Dr Hasnawati Saleh, koordinator penelitian PAIR dan juga anggota RAP, menjelaskan kepada panel tentang dua aliran penelitian yang berada di bawah PAIR, keduanya akan selesai pada akhir tahun ini. Yang pertama adalah Proyek Percontohan PAIR, yang melibatkan sistem penelitian awal, termasuk pemetaan lingkungan dan analisis data, serta aktivitas para pemangku kepentingan untuk membantu menginformasikan rancangan penelitian berikutnya yang akan diluncurkan di bulan Desember.

Aliran kedua adalah penelitian yang menanggapi langsung COVID-19, yakni proyek Small Rapid Research (SRR). Skema ini didanai melalui investasi kembali tabungan perjalanan yang dihasilkan dari pembatasan perjalanan karena pandemi. 12 proyek penelitian cepat ini akan menghasilkan analisis tepat waktu yang diambil dari data yang tersedia untuk membantu menginformasikan pembuat kebijakan di tiga bidang yang berfokus pada masyarakat dalam konteks: kesehatan, konektivitas, pemulihan ekonomi.

Salah satu tantangan yang dihadapi adalah mencari cara baru untuk mengakses data dan melakukan penelitian dengan berbagai batasan yang ada diakibatkan oleh pandemi.

Program Akselerasi Bakat

Dewan penasihat juga diberi pengarahan tentang Program Akselerasi Bakat atau Talent Accelerator Program (TAP), yang dipimpin oleh Dr Martijn Van Der Kamp, yang bertujuan dalam jangka pendek untuk mengembangkan peneliti ‘berbentuk T’, atau peneliti dengan keahlian mendalam di satu bidang dan pengetahuan dasar di berbagai area.

Dalam jangka panjang, selama 36 bulan program PAIR berlangsung, TAP juga bertujuan untuk membangun jaringan pengetahuan bilateral tentang budaya dan hubungan kolaboratif untuk para peneliti karir awal PAIR yang tergabung dalam Associate Fellows AIC.

Baca juga: Diplomasi Australia-Indonesia didukung oleh generasi baru peneliti muda

Pertemuan virtual tersebut memfasilitasi integrasi dan pertukaran ide dan perspektif dari berbagai sektor yang diwakili, terkait dengan pencarian solusi atas tantangan Sulawesi Selatan saat ini akibat COVID-19.

“Sangat penting bagi kami untuk bekerja sama membantu Indo-Pasifik pulih dari COVID-19, terutama yang berkaitan dengan kemiskinan dan melindungi kelompok rentan termasuk perempuan dan anak-anak,” kata Konsul Jenderal Australia Bronwyn Robbins.

Untuk mengakses dan memahami isu-isu lokal dan terpencil, media sosial dan jaringan komunitas lokal akan menjadi fokus penelitian PAIR: sebuah fitur yang didukung oleh semua anggota RAP, yang menyambut dengan antusias program tersebut.

Pertemuan virtual ini menandai batu loncatan dalam basis kerjasama bersama pemangku kepentingan yang luas, sebagai langkah menuju penelitian dan program yang benar-benar kolaboratif. Kami menantikan pertemuan berharga berikutnya di bulan November.

Picture of Fadhilah Trya Wulandari

PAIR Program Officer
The Australia-Indonesia Centre