Sebuah konsep yang telah berkembang enam tahun
Pidato Direktur Program PAIR dan AIC Dr Eugene Sebastian saat peluncuran resmi program PAIR, Kemitraan untuk Penelitian Indonesia-Australia, di Makassar.
Disampaikan pada tanggal 18 November 2019 di kediaman Gubernur Nurdin Abdullah, Baruga Pattingalloang, Makassar.
Tamu kehormatan di ruangan tersebut merupakan perwakilan dari Pemerintah Indonesia dan Australia, Kepala Daerah Provinsi dan Kabupaten, kolega dan rekan sejawat.
Bapak Gubernur
Ijinkan saya untuk memulai pidato ini dengan berterima kasih kepada Anda atas komitmen yang tulus diberikan kepada Pusat Australia-Indonesia dan program ini.
Anda memahami pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, pendidikan dan penelitian.
Duta Besar Australia, Gary Quinlan
Dan saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Yang Terhormat, Gary Quinlan.
Suatu kehormatan untuk memiliki anda sebagai anggota aktif dewan kami.
Bimbingan dan kebijaksanaan Anda yang sangat berharga telah membantu kami.
Konsul-Jenderal, Richard Mathews
Bapak Kon-Jen, Richard
Anda telah menginvestasikan waktu dan energi, serta kemurahan hati dan dukungan Anda dari awal yang terus berlanjut hingga saat ini.
Hasrat Anda, kecintaan Anda pada sejarah, bahasa dan budaya terus menginspirasi pekerjaan kami di Sulawesi Selatan.
Film dokumenter terbaru AIC yang menangkap hubungan perdagangan yang historis antara penduduk Makassar dan Australia Utara hanyalah salah satu contoh dari pengaruh besar Anda terhadap pekerjaan kami.
Senior Fellows
Kepada 11 Senior Fellows AIC yang hadir pada hari ini, mewakili 11 universitas terbaik dan memegang peranan inti bagi Australia-Indonesia Centre.
Tim AIC
Dan saya ingin memperkenalkan, rekan-rekan saya dan tim manajemen program – Helen, Kevin, Leo, Nana, Marlene, Dilah dan Martijn.
Sekelompok individu yang sangat berbakat, yang telah bekerja keras dan kreatif untuk mewujudkan program ini.
PAIR
Sangat menakjubkan bisa berada di sini. Kita berada di tempat ini untuk meluncurkan Kemitraan Penelitian Indonesia-Australia, disingkat menjadi PAIR, atau dalam Bahasa Indonesia berarti “Pasangan”.
Saya ingin mengatakan tiga hal tentang PAIR.
Pertama, PAIR adalah sebuah konsep yang besar.
Ini adalah konsep yang berbeda. Konsep yang telah dicanangkan dan dikembangkan selama enam tahun.
Ini adalah konsep yang dimulai ketika Perdana Menteri Australia dan Presiden Indonesia sepakat untuk mendirikan Australia-Indonesia Centre atau AIC pada tahun 2013.
Terkadang lembaga dan pusat kerjasama bilateral berakhir menjadi tempat di mana suatu negara berpikir kegunaannya hanya untuk mempelajari tentang negara lain.
Apa yang membuat Pusat ini berbeda adalah tentang orang-orang dari dua negara yang berkumpul untuk mencoba memecahkan masalah-masalah penting bagi kedua negara.
Tidak ada yang lebih penting daripada masalah besar seperti energi, makanan, air, kesehatan dan infrastruktur. Semua ini telah menjadi perhatian utama kami sejak kami memulai pekerjaan ini.
Kedua, AIC adalah sebuah konsep yang unik.
AIC adalah bentuk investasi dalam pembangunan hubungan yang penuh kesadaran.
AIC menyatukan 11 universitas terbaik dari dua negara.
Tujuh dari Indonesia – UI, ITB, IPB, UGM, ITS, Unair dan di Sulsel, Unhas.
Dan empat dari Australia – Universitas Melbourne, Universitas Queensland, Universitas Australia Barat dan Universitas Monash.
AIC juga merupakan platform untuk kolaborasi internasional jangka panjang yang terstruktur.
Dalam empat tahun terakhir, Pusat ini telah membangun jaringan yang terdiri dari hampir 500 peneliti dari kedua negara. 60 persen berasal dari STEM – sains, teknologi, teknik dan kedokteran. Dan 40 persen dari humaniora dan ilmu sosial. Semua bekerja bersama untuk menemukan solusi interdisipliner dalam menjawab tantangan yang besar.
Yang lebih menarik adalah hampir 70 persen peneliti kami belum pernah berkolaborasi atau bekerja dengan siapa pun dari negara lain sebelumnya.
Jadi sebagai sebuah Pusat, kami menghubungkan kedua negara melalui model baru dalam proyek penelitian.
Pusat ini tidak hanya merupakan penghubung, namun juga sebagai inkubator dan katalisator penelitian.
Di Sulsel, kami membuat proyek RISE, atau Revitalisasi Permukiman Informal dan Lingkungan, yang dikembangkan sebagai bagian dari program penelitian AIC terkait Air di Perkotaan (Urban Water)
Program tersebut dimulai dengan proyek kecil penanganan banjir di Jakarta, dan gagasan itu berubah menjadi program jutaan dolar yang didanai oleh Welcome Trust di Inggris dan Bank Pembangunan Asia untuk membawa perubahan bagi masyarakat di Makassar dan Fiji.
Ada banyak lagi contoh bagaimana AIC menciptakan hubungan, yang mengarah pada penciptaan ide dan gagasan, dan gagasan tersebut mengarah kepada program yang lebih besar. Kami senang melihat program-program ini berkembang, atau berbunga, dan mengambil momentumnya sendiri.
Tidak ada organisasi lain yang pernah mencoba kolaborasi serupa yang berkelanjutan, terstruktur, dan berskala besar antara kedua negara kita.
Dan akhirnya, disinilah kita.
Apa yang dimulai enam tahun lalu, hubungan dan pelajaran yang dipetik sepanjang perjalanan telah membawa kita pada program baru ini, Kemitraan untuk Penelitian Indonesia-Australia – PAIR.
Program ini didanai oleh Pemerintah Australia dan didukung oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Ristek dan Kementerian Transportasi.
Pusat Australia-Indonesia telah mulai bekerja di wilayah ini sekitar lima tahun yang lalu dengan menggandeng mitra kami di Indonesia, termasuk Unhas.
Kami telah berupaya mengatasi berbagai masalah, seperti masalah kesehatan petani Kakao.
Memahami penyakit tidak menular seperti yang disebabkan oleh rokok, diabetes dan tantangan kesehatan mental kaum muda.
Dan memberikan solusi energi yang terjangkau untuk kota dan desa.
Jadi, kami di sini untuk melanjutkan pekerjaan penelitian kami selama tiga tahun ke depan.
Program penelitian terbaru kami adalah tentang meningkatkan kehidupan masyarakat lokal.
Minggu ini kami hadir untuk mengunjungi proyek kereta api yang sedang dibangun untuk menghubungkan Makassar dan Parepare.
Proyek tersebut adalah sebuah bentuk investasi nasional yang strategis, menghadirkan peluang ekonomi baru, dan memiliki potensi untuk mengubah kehidupan dan menciptakan lapangan kerja.
PAIR akan mempertemukan 51 peneliti dari 11 universitas terbaik Indonesia dan Australia untuk bekerja sama dengan pemerintah, bisnis, dan masyarakat.
PAIR mengeksplorasi bagaimana jalur kereta api yang baru dibangun dapat mendukung pembangunan daerah. Dan bagaimana masyarakat dapat memanfaatkan jalur kereta api untuk berkembang dan mencapai kesejahteraan.
Kami percaya bahwa pendekatan ini, yang menyatukan pemerintah, bisnis, komunitas, dan peneliti dari berbagai bidang, akan menawarkan cara terbaik untuk menyelesaikan masalah yang nyata.
Konsep besar program ini adalah bukti dari konsep kami keseluruhan, yang dimulai dari sini, di Sulsel, dan telah menarik minat wilayah lain, seperti Jawa Barat dan lainnya.
Tentunya, kami percaya bahwa Australia dan Indonesia dapat menggunakan pendekatan ini untuk negara ketiga di kawasan kita.
Sekali lagi, terima kasih Pak Gubernur dan Pak Dubes.
Diterjemahkan oleh Fadhilah Trya Wulandari.