Senior Fellows Q&A: Professor Nyoman Pujawan
Profesor Nyoman Pujawan adalah Guru Besar bidang Teknik Rantai Pasokan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan juga presiden International Supply Chain Education Alliance (ISCEA) – Indonesia dan Indonesian Supply Chain and Logistics Institute (ISLI).
Baru-baru ini, beliau membagi sedikit cerita tentang latar belakang dan minatnya dalam bidang manajemen rantai pasok, manufaktur dan logistik.
Jelaskan bagaimana Anda pertama kali tertarik pada bidang penelitian tersebut.
Setelah menyelesaikan program sarjana, saya bergabung di sebuah perusahaan manufaktur. Selama bekerja saya menyadari betapa pentingnya manajemen logistik/rantai pasok bagi perusahaan untuk mendapatkan daya saing.
Apakah ada peneliti lain di keluarga Anda? Apakah Anda ingat masa ketika Anda pertama kali menemukan ide penyelidikan ilmiah?
Tidak juga. Saya dibesarkan di keluarga yang tidak satupun bekerja sebagai peneliti. Kali pertama [saya mendengar tentang penelitian] sebenarnya adalah ketika saya masih SMA. Pada waktu itu ada kompetisi nasional tahunan untuk para peneliti (siswa) muda. Saya bergabung dengan kompetisi tersebut dan melakukan apa yang saya kategorikan sebagai latihan awal dalam penelitian ilmiah. Waktu itu saya mencoba membandingkan tingkat pemahaman materi di kelas yang disampaikan melalui audio atau tertulis. Saya melakukan percobaan yang melibatkan siswa dari tiga sekolah yang berbeda, termasuk teman sekelas saya sendiri.
Apa yang Anda sukai dari universitas Anda? Dapatkah Anda menyebutkan kolega atau guru yang menginspirasi Anda dan bagaimana ia menginspirasi dalam pekerjaan Anda?
Saya menyukai Institut Teknologi Sepuluh Nopember karena ini adalah universitas yang telah memiliki banyak pencapaian tetapi masih memiliki banyak ruang untuk tumbuh dan berkembang.
Dari mana Anda berasal dan seperti apa keadaan disana? Jika Anda dapat menyebarkan satu aspek kehidupan Anda di sana ke seluruh dunia, apakah itu?
Saya lahir di sebuah desa di Bali. Sebuah tempat di daerah pedesaan dengan pemandangan yang sangat indah, perpaduan antara danau dan gunung. Suhunya dingin, tidak seperti kebanyakan tempat di Indonesia yang cenderung sangat panas. Kebanyakan orang di desa ini saling kenal, meskipun sekarang berubah dengan semakin banyak anak-anak yang bersekolah di kota dan banyak generasi muda juga memilih untuk mengambil pekerjaan di kota. Mungkin saya akan mengatakan bahwa pemahaman tentang alam adalah aspek terbaik dari orang-orang di tempat ini.
Jika Anda dapat menerapkan satu kebijakan baru di sana yang dijamin akan berhasil, apakah itu?
Sangat sulit untuk mengimplementasikan sesuatu dengan jaminan kesuksesan, tetapi yang pasti ada banyak hal yang perlu diperbaiki, misalnya kebijakan untuk mengembalikan kebersihan danau sangatlah penting. Namun, hal itu cukup menantang, tidak mudah.
PAIR melihat dampak dari pembangunan infrastruktur transportasi baru. Dapatkah Anda mengingat kehadiran infrastruktur baru dan utama dalam hidup atau komunitas Anda dan apa pengaruhnya?
Ya, contohnya jalan yang baru dibangun di desa saya dulu sangat berdampak besar pada transportasi orang dan barang. Juga di Surabaya, MERR yang baru dibangun (Jalan Lingkar Timur Tengah) memiliki dampak besar pada kecepatan orang berpindah dari bandara ke berbagai tujuan yang berada di sekeliling jalan baru tersebut.
Kemana dan apa yang biasanya Anda lakukan di akhir pekan?
Sebagian besar di rumah dan sesekali pergi ke luar seperti Batu (Malang), atau ke Bali (tapi jarang).
Apakah Anda dapat merekomendasikan buku yang harus dibaca semua orang, dan mengapa?
Satu buku yang saya baca baru-baru ini adalah Eat, Pray, Love, tetapi tidak yakin apakah orang lain juga suka ini. Saya senang membacanya. [Ed. seorang Protagonis kebangsaan Amerika yang diceritakan di Eat, Pray, Love mengunjungi kampung halaman Nyoman di Bali untuk bertemu dengan seorang tabib setempat untuk membantunya dalam proses pencarian jiwa setelah putus cinta.]
Diterjemahkan oleh Fadhilah Trya Wulandari.