Penanggulangan kemiskinan di Sulawesi Selatan: Mengapa konektivitas penting?
Memasuki fase awal dari tiga tahun program Kemitraan untuk Penelitian Australia-Indonesia (PAIR), para tim peneliti bertanya-bertanya: mengapa kita disini? apa yang ingin kita capai?
Pada tanggal 5 Februari 2020, tim peneliti PAIR Australia-Indonesia Centre dari 11 universitas di Australia dan Indonesia bertemu dengan perwakilan dari pemerintah nasional dan provinsi Sulawesi Selatan untuk mendengarkan isu-isu spesifik yang dihadapi wilayah ini seraya menentukan metode terbaik dalam upaya menargetkan penelitian yang mencakup seluruh bidang, termasuk transportasi, logistik dan rantai pasok; komoditas; pemuda dan pembangunan; serta pemuda, kesehatan dan kesejahteraan.
Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, saat ini sedang membangun pelabuhan baru, dan jaringan kereta api trans-Sulawesi. Dalam konteks pembangunan melalui infrastruktur dan konektivitas tersebut, penelitian ini akan mengeksplorasi bagaimana masyarakat lokal dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk meningkatkan perekonomian mereka, mengembangkan keterampilan, dan menciptakan usaha baru.
Diskusi kami dengan para pembuat kebijakan di tingkat nasional maupun di Sulawesi Selatan tersebut sangat berharga, dan berikut adalah poin-poin yang penting untuk diperhatikan:
Menangani kesenjangan regional
Para pembuat kebijakan dan akademisi yang hadir menarik perhatian pada isu kesenjangan dan kemiskinan yang dialami di Indonesia. Secara keseluruhan, Indonesia memiliki ketimpangan pendapatan baik di tingkat masyarakat, dimana beberapa orang memiliki kekayaan yang jauh melebihi yang lain, dan di tingkat regional dimana pulau-pulau di wilayah Indonesia timur relatif lebih terbelakang dengan tingkat pendapatan dan investasi infrastruktur yang lebih rendah dibandingkan dengan wilayah lain di bagian barat Indonesia. Secara khusus, Tim Nasional untuk Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) menyebutkan angka pengangguran yang cukup tinggi di antara kelompok usia 18-24 di Sulawesi Selatan, dengan banyak di antara mereka yang bekerja di sektor informal tanpa perlindungan dari tempat kerja. Beberapa pembicara, termasuk Konsul Jenderal Richard Matthews, dan penasihat untuk Kementerian Perhubungan, Profesor Wihana Kirana Jaya, menekankan peran penting dari pembuatan kebijakan berbasis bukti dalam memajukan pembangunan di wilayah ini.
Infrastruktur sebagai jembatan pembangunan pemuda
Pembangunan jalur kereta api trans-Sulawesi yang baru, yang awalnya menghubungkan wilayah Barru, Maros, dan Pangkep, secara luas dilihat sebagai peluang emas untuk meningkatkan konektivitas di Sulawesi Selatan. Perwakilan dari dari Aliansi Remaja Independen Sulsel menekankan perlunya pembangunan infrastruktur transportasi baru untuk memperluas jangkauan mereka dengan kaum muda dalam komunitas yang lebih luas di luar Makassar. Namun, ada tantangan yang harus dihadapi: moda transportasi yang baru dibangun ini adalah jalur kereta api pertama di Sulawesi yang dapat memberikan kesulitan transisi bagi penduduk setempat yang sebelumnya bergantung pada transportasi jalan.
Rumput laut sebagai alat untuk memberi manfaat bagi masyarakat lokal
Sulawesi Selatan memproduksi sebagian besar rumput laut dunia, sebuah produk ekspor serbaguna yang digunakan untuk makanan, bahan tambahan makanan, dan biofuel diantara pemanfaatan lainnya. Sayangnya, petani di wilayah ini menghasilkan rumput laut dalam bentuk bahan baku dalam jumlah besar dan sebagian besar diekspor langsung untuk diproses di tempat lain di Indonesia, atau di luar negeri. Akibatnya, sebagian besar nilai tambah untuk produk rumput laut terjadi di luar Sulawesi, sehingga distribusi kekayaan terbatas bagi petani lokal. Diskusi oleh para pembuat kebijakan berpusat pada tantangan yang dihadapi dalam menjaga kualitas ekspor rumput laut Sulawesi Selatan dan memastikan adanya kapabilitas dalam produksi dan pemrosesan rumput laut yang lebih baik untuk mengekspor produk bernilai lebih tinggi.
Tujuan di balik PAIR cukup ambisius – meningkatkan konektivitas antara masyarakat urban dan pedesaan di Sulawesi Selatan adalah masalah multidimensi yang kompleks. Tetapi kami optimis bahwa program ini berada di tempat yang tepat untuk mengidentifikasi berbagai peluang baru, baik sosial dan ekonomi, mengingat fokusnya adalah pada rumput laut yang merupakan komoditas penting bagi masyarakat serta dapat meningkatkan pengetahuan lokal.
Dialog Kebijakan PAIR pada hari itu menyediakan banyak bahan untuk dipikirkan di dua hari terakhir kami di Makassar, yang sebagian besar dihabiskan untuk merumuskan pertanyaan penelitian guna memandu penelitian PAIR selama beberapa tahun ke depan. Pada tahun ini, kami akan fokus pada pengumpulan data untuk membangun gambaran yang lebih jelas tentang masyarakat dan bisnis di Sulawesi Selatan. Khusus untuk tim peneliti yang bergerak di bidang transportasi, logistik dan rantai pasok, penelitian kami akan berpusat pada penggunaan lahan, risiko bencana, dan pergerakan orang dan barang di wilayah tersebut, dengan tujuan untuk memperkirakan potensi kebutuhan dari kereta api. Proyek awal ini akan mendukung penelitian masa depan kami untuk mengembangkan rekomendasi untuk kebijakan dan perencanaan operasional jalur kereta api baru di Sulawesi Selatan.
Diterjemahkan oleh Fadhilah Trya Wulandari.