Tarian dan Musik Memeriahkan Perayaan Hari Jadi Pertama Pusat Disabilitas Unhas

young men and women in colourful costumes

Terjemahan oleh Fadhilah Trya Wulandari

Para penari dari komunitas difabel memukau penonton dalam perayaan hari jadi pertama Pusat Disabilitas Unhas, pusat yang bertujuan untuk memberdayakan mahasiswa penyandang disabilitas.

 

Acara tersebut juga menandai pembukaan resmi Taman Inklusif Jalinan Jiwa dan Lounge Mozaik Identitas. Taman ini dilengkapi dengan rampan kursi roda, marka pejalan kaki, dan ayunan yang dapat diakses oleh pengguna kursi roda.

Di antara penari-penari tersebut terdapat individu-individu dengan sindrom Down, serta orangtua dan relawan mahasiswa dari Sahabat Sindrom Down Istimewa (SSDI) atau Sahabat Sindrom Down Khusus.

Perayaan ini menjadi momen bersejarah bagi Universitas Hasanuddin (Unhas), tempat berdirinya Pusat Disabilitas, dan juga bagi Program Kemitraan Riset Australia-Indonesia (PAIR).

Penelitian PAIR telah mencakup berbagai isu yang berkaitan dengan komunitas difabel dan berperan penting dalam mendirikan pusat ini di lingkungan universitas.

Inisiatif ini dipelopori oleh Rektor Unhas, Prof Jamaluddin Jompa, dan Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (PerDIK).

Dr Ishak Salim, salah satu pendiri Yayasan PerDIK, menekankan kemajuan signifikan yang telah dicapai dalam satu tahun pertama pusat ini.

“Ini adalah bukti konkret dari upaya kami untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif di Unhas,” ujar Dr Ishak.

Dr Ishak menyoroti kontribusi tokoh-tokoh kunci dalam pendirian pusat ini, termasuk Koordinator Riset PAIR Dr ana Saleh, dan Dr Eugene Sebastian, Direktur Eksekutif Australia-Indonesia Centre yang mengelola program PAIR.

Dr Nana, yang hadir dalam acara tersebut, mengungkapkan apresiasinya terhadap simbol inklusivitas sederhana namun dalam seperti ayunan.

“Saya sangat terharu melihat betapa sebuah ayunan sederhana dapat memiliki makna yang dalam untuk inklusivitas,” ujarnya.

Dia memuji kepemimpinan Dr Ishak Salim dan Ida Arianti Said, serta dukungan dari pemimpin Unhas seperti Prof Jamaluddin Jompa, Prof Adi Maulana, Prof Ruslin, dan Prof Anwar Daud, yang gigih dalam mengatasi tantangan birokrasi untuk mendirikan pusat ini.

 

Woman in wheelchair surrounded by people standing
Mahasiswa Prodi Sastra, Megawati (di kusi roda), menghadiri pembukaan Taman Inklusif Jalinan Jiwa. Gambar oleh PAIR

Dr Ishak Salim mengingat pembicaraan awal dengan Mantan Konsul Jenderal Australia di Makassar, Bronwyn Robbins, dan mencatat dorongan dari sesama Senior Fellow AIC Dr Sudirman Nasir serta Dr Nana Saleh sendiri dalam mewujudkan pendirian pusat ini.

Profesor Adi Maulana, Wakil Rektor Unhas bidang kerja sama, inovasi, dan kemitraan, menyampaikan rasa terima kasih atas dampak pusat disabilitas selama setahun terakhir.

Dia menekankan intensitas diskusi tentang isu-isu disabilitas dan komitmen universitas untuk menyediakan aksesibilitas dan akomodasi yang memadai bagi mahasiswa penyandang disabilitas.

Pusat Disabilitas bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dosen dan staf dalam mendukung mahasiswa penyandang disabilitas, serta menyediakan layanan konseling.

Inklusivitas bagi penyandang disabilitas menjadi tema sentral bagi Australia-Indonesia Centre dan program PAIR.

Baru-baru ini, AIC menerbitkan panduan inklusi digital bagi penyandang disabilitas di Universitas Hasanuddin, berdasarkan penelitian dari Melbourne Social Equity Institute di University of Melbourne.

Gambar fitur oleh PerDIK.