Ekonomi Kreatif: Melihat bagaimana pekerja kreatif muda di Yogyakarta menghadapi COVID-19
Laporan ini mengeksplorasi dampak COVID-19 dengan berfokus pada daerah yang dianggap sebagai pusat kebudayaan Indonesia, sebuah kota dengan tradisi, modernitas, seni, dan sejarah yang saling tumpang tindih.
Provinsi Yogyakarta adalah rumah bagi 172.000 pekerja kreatif yang secara kolektif menyumbang US$230 juta (atau sekitar tiga trilyun rupiah) bagi perekonomian. Di kota inilah kami meneliti guncangan yang menimpa kehidupan mereka akibat COVID-19 dan tanggapan serta strategi mereka untuk mengatasinya.
Sektor budaya dan kreatif Indonesia termasuk yang paling terpukul oleh pandemi. Acara-acara dibatalkan, konser ditunda, dan festival film dipindahkan ke platform daring. Pengusaha mode dan perancang busana kehilangan basis pelanggan mereka karena kebijakan jaga jarak.
Unduh “Ekonomi Kreatif: Melihat bagaimana pekerja kreatif muda di Yogyakarta menghadapi COVID-19” disini
Ekonomi kreatif merupakan salah satu penyumbang pendapatan nasional terbesar dan menyumbang 7 persen ekonomi Indonesia (PDB). Ekonomi kreatif memacu terjadinya laju inovasi dan keterampilan yang memiliki nilai ekonomi dan sosial, serta menciptakan lapangan kerja bagi 18 persen anak muda, yang aktif di semua sektor. Namun laporan kami mendapati bahwa baru sedikit yang telah dilakukan untuk mendukung sektor yang tengah berjuang ini selama krisis COVID-19, meskipun berbagai inisiatif tersedia untuk menjalankan usaha dan bisnis. Sebuah survei terbaru menunjukkan bahwa 42 persen pekerja kreatif harus mengandalkan tabungan mereka dan 22 persen harus meminjam uang dari teman untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.
Kami mendalami faktor-faktor yang mengancam perkembangan dan keberlanjutan ekonomi kreatif Yogyakarta (Jogja) selama pandemi; dan mengusulkan sejumlah gagasan untuk membantu pembuat kebijakan mendukung pekerja kreatif di masa krisis.
Kami menganalisis enam subsektor: produksi film, tari, teater, musik, fotografi, dan desain busana. Terlepas dari status Yogyakarta sebagai pusat budaya, pandemi kian menempatkan pekerjaan-pekerjaan tersebut pada posisi genting, terutama bagi mereka yang bergantung pada sektor kreatif Yogyakarta.
Industri kreatif sangat terhubung dalam jaringan lokal, nasional, dan global, yang menghasilkan aliran ide, barang, dan jasa. Pandemi telah memaksa terjadinya pergeseran ke lebih banyak jaringan lokal dan peranti daring yang telah menawarkan solidaritas serta strategi kelangsungan hidup. Jaringan lokal dan platform daring juga menjadi tempat persemaian untuk aksi yang terkoordinasi guna mendorong munculnya dukungan pemerintah. Penelitian kami menemukan tiga respons berbeda dari para pekerja kreatif ketika pandemi terjadi: terkejut, terkejut tetapi menyesuaikan diri, dan ‘tetap tenang’. Dampak COVID-19 bagi tiap individu juga dipengaruhi oleh latar belakang sosial, kelas, dan status ekonomi masing-masing seniman.
Meskipun para pekerja kreatif tersebut merupakan pelaku aktif ketika mencari jalan sendiri demi melewati pandemi, pemerintah berperan penting untuk mendukung mereka supaya senantiasa menghasilkan karya-karya kreatif.
Penelitian ini menghasilkan enam rekomendasi utama untuk membantu pemerintah dan pembuat kebijakan mendukung pekerja kreatif muda secara lebih baik di tiga tingkat: individu, ekosistem, dan provinsi/nasional.
Di tingkat individu:
- Memberikan akses ke pelatihan keterampilan digital kepada pekerja kreatif untuk membantu mereka berinovasi dan menemukan cara baru guna menambah nilai ekonomi dan menarik pelanggan
- Membentuk forum/kolektif yang beragam dan berkelanjutan sebagai pusat pertemuan bagi para pekerja kreatif
Di tingkat ekosistem:
- Menciptakan ekosistem digital bagi pekerja kreatif untuk menyatukan kreator dan konsumen.
- Memfasilitasi pertunjukan digital bersubsidi yang memberikan dukungan sekaligus mengembangkan keterampilan digital baru.
Di tingkat provinsi/nasional:
- Membangun analisis sektor kreatif di tingkat kelembagaan yang juga dapat menjadi dasar terbentuknya forum/kolektif dengan dukungan anggota.
- Menyediakan skema pendanaan perjalanan yang transparan dan berkelanjutan untuk memungkinkan kemajuan karir dan pertumbuhan di pasar-pasar lain.
Photo by ivan hermawan on Unsplash.