Ringkasan: Hambatan berbasis gender dalam akuakultur dan perikanan
“Kami seharusnya lahir sebagai anak laki-laki, dan mungkin pula kami akan jadi laki-laki gagah perkasa.” ― Kartini, 1900
Kartini adalah pahlawan Indonesia yang berjuang untuk emansipasi wanita. Tulisannya begitu progresif dan meyakinkan para pembaca atas rasa ketidakadilan dan perihnya hidup dalam masyarakat patriarki yang menjadikan perempuan sebagai warga negara kelas dua.
Satu abad kemudian, jalan perempuan yang memimpikan persamaan atas hak, akses terhadap sumberdaya, dan kebebasan partisipasi di segala bidang masih panjang. Perempuan, khususnya mereka yang terperangkap dalam masyarakat marjinal, masih terus berjuang untuk kesetaraan dalam segala hal, mulai dari kebijakan pemerintah hingga pengambilan keputusan tingkat rumah tangga, di mana budaya tradisional sering berakar pada praktik yang menganggap laki-laki lebih dominan dalam rumah tangga.
Baca atau unduh: ‘Hambatan berbasis gender dalam akuakultur dan perikanan’ (English only)
Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan secara singkat perjuangan yang dialami oleh kelompok-kelompok perempuan ketika berhadapan dengan kebijakan yang bias gender, dengan fokus pada sektor perikanan dan akuakultur di Sulawesi Selatan, yang didasarkan pada asumsi bahwa perempuan memainkan peran penting dalam sektor tersebut tetapi masih belum mendapatkan pengakuan yang bernilai dan setara dibandingkan dengan kelompok laki-laki, rekan kerja mereka di sektor yang sama.
Tulisan ini mencakup empat bagian utama:
- menantang persepsi umum bahwa perikanan dan akuakultur adalah sektor yang didominasi oleh laki-laki
- memberikan gambaran tentang perempuan yang bekerja dalam rantai produksi rumput laut di Sulawesi Selatan (fokus Program PAIR AIC)
- menyoroti kebijakan dan peraturan yang bias gender di sektor rumput laut, perikanan dan akuakultur
- melihat strategi pemerintah hingga saat ini untuk memutus hambatan berbasis gender dan upaya untuk mencapai kesetaraan gender pada sektor perikanan dan akuakultur yang berkelanjutan.
Image: Perempuan pesisir mengupas kerang hijau di Kalibaru, Jakarta Utara (Fadhilah Trya Wulandari).
Baca atau unduh: ‘Hambatan berbasis gender dalam akuakultur dan perikanan’ (English only)