Laporan Proyek Percontohan: Investigasi awal dan analisis gap dalam pembangunan jalur kereta api Makassar-Parepare
Jalur kereta api (KA) Makassar-Parepare yang dibangun oleh pemerintah Indonesia menghadirkan peluang baru, khususnya bagi Provinsi Sulawesi Selatan, dan Indonesia secara umum. Namun, untuk memanfaatkan infrastruktur baru ini semaksimal mungkin, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mendukung kebijakan berbasis bukti.
Proyek percontohan (Pilot Project) dari program Kemitraan Riset Australia-Indonesia (PAIR) ini – yang melihat bagaimana jalur tersebut akan dimanfaatkan setelah pembangunan infrastruktur fisik rampung – telah menyoroti beberapa masalah signifikan yang memerlukan telaah lebih lanjut.
Kebutuhan
- Dengan kepadatan penduduk yang terus meningkat di sepanjang jalur tersebut, permintaan akan angkutan umum dapat meningkat. Namun, sebagian besar wilayah yang dilayani oleh jalur tersebut didominasi oleh industri di mana angkutan barang kurang diuntungkan.
- Permintaan angkutan barang kemungkinan besar akan jauh lebih sedikit daripada yang diasumsikan oleh pihak pembangun kereta. Kami memperkirakan angkutan barang maksimum 6,2 Mtpa (juta ton per tahun) yang sebagian besar diperoleh dari transportasi semen, sementara otoritas perkeretaapian memperkirakan angkutan mencapai 7,5 Mtpa. Pertumbuhan sebanyak 9 Mtpa yang diprediksikan pada tahun 2030 tampaknya sulit tercapai.
- Terlepas dari permintaan laten angkutan barang, investasi signifikan dalam konektivitas dan infrastruktur yang mendukung tetap diperlukan.
Permasalahan teknis
- Risiko longsor relatif rendah, kecuali di sepanjang jalur kereta di wilayah Parepare yang belum dibangun. Risiko banjir diperkirakan dalam level tinggi hingga sangat tinggi di beberapa wilayah sekitar Makassar dan Maros – tetapi kami belum dapat memastikan kondisi sebenarnya di lokasi tersebut.
- Sebagian besar rel kereta api adalah jalur tunggal, sehingga membatasi jumlah kereta yang dapat beroperasi per hari. Menggabungkan kereta angkutan barang (kargo) yang lebih lambat dengan kereta angkutan penumpang yang lebih cepat akan berdampak pada kapasitas jalur kereta, bahkan dengan empat kereta kargo yang beroperasi setiap hari dapat mempengaruhi kemampuan untuk menjalankan layanan angkutan penumpang secara tepat waktu. Menjalankan lebih dari 10 kereta kargo sehari, untuk memenuhi perkiraan permintaan, akan terlihat mustahil.
- Mobilitas merupakan fokus pemerintah kota Makassar yang tertuang dalam Rencana Induk Kota Cerdas Makassar (Masterplan Makassar Smart City) – tetapi masterplan ini tidak dihubungkan dengan rancangan pembangunan tingkat provinsi atau masterplan otoritas lokal lainnya (Parepare, Barru, Pangkajene dan Maros). Bahkan di tingkat kota, terdapat koordinasi yang lemah dalam perencanaan moda transportasi yang beragam. Hal ini sudah menimbulkan masalah, termasuk timbulnya kemacetan yang diakibatkan oleh lintasan truk-truk besar yang menuju pelabuhan di Makassar.
Proyek Strategis Terpadu PAIR (Strategic Integrated Project/SIP), yang rencananya akan dilaksanakan pada 2021 dan 2022, akan fokus pada apa yang dibutuhkan dari transportasi KA untuk digunakan lebih dari sekadar mengangkut semen. Transportasi penumpang merupakan peluang tertinggi – tetapi kapasitas kereta api tetap menjadi masalah. Layanan transportasi baru lainnya yang menghubungkan penumpang dengan stasiun kereta api juga diperlukan, begitu pula dengan pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan dari penumpang itu sendiri.
Pengangkutan kontainer juga akan membutuhkan pembangunan fasilitas intermoda dan pusat distribusi di sepanjang jalur kereta api, serta pemodelan daya saing tarif kereta api dalam konteks ini. SIP juga bertujuan untuk memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi pengembangan Rencana Induk (masterplan). Proyek tersebut akan berusaha untuk menunjukkan apa yang dibutuhkan untuk membangun suatu jaringan transportasi intermoda yang terhubung, dan membantu pemerintah daerah menghasilkan rencana sistem transportasi yang lebih komprehensif dan terintegrasi.
Dikombinasikan dengan proyek penelitian lainnya yang dikembangkan di bawah Proyek Percontohan PAIR, studi ini akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi pemahaman kita tentang kebutuhan pembangunan di masa depan, khususnya di Sulawesi Selatan.