Ringkasan: Ekonomi Sulawesi Selatan

Secara strategis pentingnya ekonomi Sulawesi Selatan didukung oleh ukuran populasi – sejauh ini terbesar di Indonesia timur sebesar 8,8 juta jiwa.

 

Ketika Joko “Jokowi” Widodo terpilih sebagai Presiden Indonesia pada tahun 2014, salah satu langkah kebijakannya yang paling berani adalah mengalokasikan anggaran yang besar untuk infrastruktur. Setelah belasan tahun minim pengeluaran di sektor tersebut, Indonesia akhirnya tertinggal dengan kesenjangan infrastruktur yang sangat besar. Dalam rencana nasional lima tahun pertamanya (2015-2019), Jokowi menjadikan percepatan investasi infrastruktur sebagai prioritas – sebuah strategi yang berlanjut dalam masa jabatan lima tahun keduanya.

Baca atau unduh artikel lengkap: Ekonomi Sulawesi Selatan (hanya dalam bahasa Inggris)

Sulawesi Selatan adalah pemenang besar dalam strategi prioritas ini, karena Sulawesi Selatan telah menjadi titik fokus dari bonanza kebijakan pembangunan infrastruktur Presiden di Indonesia Timur. Pembangunan ini akan memiliki dampak transformasional, dimana Sulawesi Selatan telah menjadi salah satu provinsi paling berpengaruh di negara ini.

Sulawesi Selatan adalah provinsi dengan tingkat ekonomi terbesar kesembilan di Indonesia, dan sejak pergantian abad hingga 2019, Sulsel telah menikmati tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,8 persen setiap tahun. Angka ini hanya sedikit lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Sulawesi secara keseluruhan, yakni 7,2 persen per tahun, tetapi jauh di atas rata-rata nasional sekitar 5,2 persen. Memang ekonomi regional pulau Sulawesi telah tumbuh lebih cepat daripada pulau besar lainnya di Indonesia yang mencerminkan proses ‘mengejar ketertinggalan’ setelah bertahun-tahun mengalami pertumbuhan ekonomi yang lamban.

Pada akhir 2019, produk domestik regional bruto Sulawesi Selatan adalah Rp. 505 triliun (sekitar AUD 50 miliar), mewakili 3,1 persen dari perekonomian Indonesia – dibandingkan sepuluh tahun lalu yang hanya berkisar 2,3 persen. Ini mencerminkan pertumbuhan rata-rata yang jauh lebih cepat daripada pertumbuhan nasional secara keseluruhan, yang ekonominya tumbuh 5,0 persen pada 2019 dibandingkan dengan Sulawesi Selatan yang meningkat 6,9 persen. Tingkat pertumbuhannya yang tinggi sebagian besar disebabkan oleh kinerja yang solid di beberapa bagian industri jasa dan perdagangan: perikanan, makanan dan minuman, dan tambang mineral telah menjadi produk utama di sektor primer dan sekunder untuk menikmati tingkat pertumbuhan yang solid dan berkelanjutan.

Dalam tiga tahun terakhir hingga 2019, tingkat investasi di Sulawesi Selatan mencapai AUD 3,38 miliar. Ini termasuk AUD 1,6 miliar investasi asing yang terealisasi dan AUD 1,1 miliar investasi domestik yang terealisasi. Investasi sebagian besar mengarah pada mineral dan pertambangan, dengan industri mineral non-logam menarik 25 persen dari investasi asing dan domestik. Industri pertambangan tidak jauh ketinggalan dengan 23 persen. Sementara listrik, gas, dan air menarik 16 persen investasi dan pemrosesan makanan sebesar 12 persen.

Total ekspor Sulawesi Selatan ke dunia adalah senilai US $ 1,21 miliar (AUD 1,85 miliar) pada tahun 2019. Komoditas ekspor utamanya adalah nikel – dengan total ekspor senilai US $ 784 juta (AUD 1,2 miliar) – dengan tujuan ekspor terbesar adalah Jepang. Impor Sulawesi Selatan pada tahun 2019 adalah senilai US $ 1,15 miliar (AU $ 1,76 miliar) dengan Singapura sebagai kontributor terbesar.

Selama periode 2011 hingga 2019, ada beberapa pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan, yaitu: pertanian, kehutanan, dan perikanan; pertambangan; dan infrastruktur. Pada tahun 2019,  sektor pertanian, kehutanan dan perikanan menyumbang hampir 21,3 persen dari total ekonomi Sulsel. Beras, kopi, coklat, daging sapi dan rumput laut adalah komoditas utama yang juga berkontribusi terhadap perekonomian Sulsel. Sektor pertambangan dan penggalian menyumbang 4,6 persen dari ekonomi Sulsel, jauh di bawah rata-rata nasional sebesar 7,3 persen, sedangkan sub-sektor logam dan penggalian berkontribusi 4,1 persen, jauh lebih tinggi daripada total keseluruhan secara nasional (2,1 persen). Infrastruktur adalah pendorong ekonomi ketiga, karena pemerintah pusat dan provinsi berinvestasi dalam proyek-proyek pembangunan di seluruh daerah Sulsel, termasuk pembangunan Bandara Hasanuddin yang lebih besar, pembangunan jalur kereta api trans-Sulawesi dan Pelabuhan Baru Makassar.

Foto: ITCSI

Penerjemahan oleh Fadhilah Wulandari Trya

Baca atau unduh artikel lengkap: Ekonomi Sulawesi Selatan (hanya dalam bahasa Inggris)

 

Picture of Kevin Evans

Indonesia Director
The Australia-Indonesia Centre

Picture of Marlene Millott

PAIR Program Officer
The Australia-Indonesia Centre