Riset membantu pembuatan peta jalan untuk mendukung ekonomi biru dan industri rumput laut di Indonesia

Women seated working on seaweed

Terjemahan oleh Febi Trihermanto

Temuan dari program Kemitraan Riset Australia-Indonesia (PAIR) digunakan untuk membantu mendorong pertumbuhan ekonomi biru di Sulawesi, Indonesia.

Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan (DKP Sulsel), Muhammad Ilyas, rancangan peta jalan industri rumput laut mempertimbangkan rekomendasi PAIR, sehingga membantu menginformasikan kebijakan mengenai industri yang berharga ini.

Temuan ini juga memberikan wawasan mengenai kondisi terkini industri budidaya rumput laut Sulawesi Selatan.

Kantor PAIR di Makassar bekerja sama dengan mitra AIC, Universitas Queensland, untuk mengembangkan dokumen ini, dengan dukungan juga datang dari DKP Sulsel.

Peta jalan tersebut menjelaskan nilai ekonomi biru berbasis rumput laut dan mencatat topik-topik utama PAIR termasuk pengelolaan sampah plastik dan pemetaan satelit di wilayah budidaya.

Dr Ilyas adalah anggota kelompok penasihat para peneliti PAIR dan yakin peta jalan ini akan memberikan dampak positif.

“Peta Jalan Industri Rumput Laut Sulawesi Selatan sangat diperlukan untuk pengembangan sasaran jangka pendek, menengah dan panjang,” kata Dr Ilyas.

Ia mencatat rekomendasi dalam peta jalan yang sejalan dengan rekomendasi dari PAIR, termasuk memprioritaskan perangkat flotasi ramah lingkungan dan meningkatkan pengelolaan sampah masyarakat melalui pendidikan.

Dr Ilyas juga mencatat pentingnya rekomendasi PAIR mengenai penggunaan citra satelit dalam budidaya rumput laut.

“Alat ini dapat membantu dalam verifikasi dan sebagai validator data produksi rumput laut yang dilaporkan setiap kabupaten secara bulanan atau tahunan,” kata Dr Ilyas.

“Data satelit dapat digunakan untuk memprediksi jumlah produksi rumput laut di Sulawesi Selatan.”

 

Woman on boat wearing face mask and veil
Menggunakan perahu untuk mengambil rumput laut. Kredit: PAIR

Industri yang sedang berkembang

Rumput laut merupakan industri yang menguntungkan bagi provinsi Sulawesi Selatan dan Indonesia secara lebih luas; diperkirakan lebih dari satu juta orang bergantung pada rumput laut untuk mencari nafkah.

Permintaan terhadap ekstrak rumput laut karagenan sangat tinggi mengingat penggunaannya sebagai bahan pembentuk gel pada banyak makanan olahan. Badan perdagangan dan pembangunan PBB (UNCTAD) memperkirakan pasar rumput laut global mencapai US$17 miliar.

Namun seperti industri yang belum berkembang lainnya, terdapat banyak tantangan untuk menjadikannya lebih bermanfaat dan berkelanjutan.

Program Kemitraan Riset Australia-Indonesia (PAIR) menyelidiki beberapa permasalahan yang berdampak pada sektor ini, termasuk polusi, ketersediaan benih, dan keberlanjutan.

Polusi, misalnya, bisa datang dalam bentuk mikroplastik dan botol plastik yang digunakan sebagai alat pengapung akan terurai dan menjadi biohazard.

Karena Sulawesi Selatan menghasilkan lebih banyak rumput laut dibandingkan provinsi lain di Indonesia (3,8 juta ton pada tahun 2023), Dr Ilyas mengatakan industri ini merupakan komponen besar dalam membuka potensi ‘ekonomi biru’ di Sulawesi Selatan.

Dr Ilyas mengatakan penelitian PAIR sangat cocok dengan gagasan penyelesaian masalah melalui keterlibatan pemerintah, akademisi, sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat secara lebih luas.

Co-Investigator PAIR dan peneliti di Universitas Hasanuddin, Radhiyah Ruhon mengatakan upaya menuju peta jalan rumput laut mencerminkan perlunya pertukaran informasi yang lebih baik antara pemangku kepentingan industri dan instansi pemerintah.

Dia mengatakan kemajuan industri rumput laut terkadang “terhambat oleh kurangnya informasi transparan yang memungkinkan penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan yang lebih baik seputar logistik dan infrastruktur”.

Ruhon mencatat beberapa temuan utama PAIR yang penting dalam mendukung pengembangan peta jalan rumput laut yang berkelanjutan.

Hal ini mencakup lanskap kebijakan yang lebih efektif, penggunaan teknologi untuk melacak data industri, penelitian, dan pendidikan petani.

Ruhon mengatakan peta jalan rumput laut dapat memainkan peran penting dan mereka “saat ini sedang meninjau dokumen peta jalan rumput laut bersama dengan DKP”.

Pentingnya industri rumput laut di Indonesia baru-baru ini disoroti melalui pengumuman Pusat Penelitian Rumput Laut Tropis Internasional di Forum Air Dunia di Bali.

Berbagai laporan mengenai rumput laut telah disiapkan oleh PAIR sebagai berikut:

Gambar fitur oleh PAIR.